4 Contoh Puisi 17 Agustus untuk Merayakan Hari Kemerdekaan
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang terdiri atas kalimat di dalam baid. Puisi biasa ditulis untuk menggambarkan perasaan, objek, kejadian, dan lain-lain yang dikemas melalui kata-kata puitis.
Puisi dapat ditulis untuk mengungkapkan suasana hati dan perasaan. Selain itu, karya sastra ini juga kerap dilombakan, baik mengarang atau membaca.
Adapun yang dibahas lebih lanjut kali ini yaitu puisi 17 Agustus bertemakan kemerdekaan Indonesia. Sebelum itu, kami terlebih dahulu akan membahas tentang karakteristik puisi sebagai karya seni. Berikut pembahasannya.
Pengertian Puisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi juga diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus.
Kosasih di dalam buku Dasar-dasar Keterampilan Bersastra (2012) menyampaikan bahwa puisi adalah wujud karya sastra yang memakai kata-kata indah penuh makna. Sementara, H. B. Jassin mendefinisikan puisi sebagai karya sastra yang diucapkan dengan perasaan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan karya sastra berupa kata-kata yang dirangkai dengan memperhatikan rima dan penyusunan bait. Seiring perkembangannya, penulisan puisi lebih fleksibel dan menyesuaikan zaman.
Karakteristik Puisi
Patut diketahui bahwa karakteristik puisi terbagi atas puisi lama dan baru.
1. Karakteristik Puisi Lama
- Tidak diketahui siapa pengarangnya (anonim)
- Terikat dengan acuan penulisan tiap bait, sajak, dan suku kata
- Dipopulerkan dari mulut ke mulut
- Penggunaan majas dan bersifat klise
- Bertemakan kerajaan, fantasi, dan istanasentris.
2. Karakteristik Puisi Baru
- Berbentuk tulisan atau lisan
- Diketahui nama pengarangnya
- Tidak terikat acuan penulisan jumlah baris, rima, dan suku kata
- Sajak akhir relatif teratur
- Bertemakan kehidupan secara umum hingga spesifik
- Majas dinamis dan dapat berubah-ubah
- Setiap baris atasnya merupakan kesatuan sintaksis
- Setiap gatra terdiri dari dua kata dengan suku kata sejumlah 4-5.
Contoh Puisi 17 Agustus
1. 17 Agustus
Karya: Ahmad M. Mabrur Umar
17 Agustus
Sejarah negeri telah terukir dalam ribanya
Dahulu dijajah, kini lantang bersorak merdeka
Merah putih berkibar gagah penuh karisma
Salam satu semboyan Bhinneka Tunggal Ika
17 Agustus
Takkan rela terjajah lagi
Malam suram berganti cerah mentari pagi
Tidak lagi terdengar tangisan pertiwi
Datanglah segera, jangan ayal lagi
17 Agustus
Bukti sejati juang para pahlawan
Mengangkat bambu, bedil pun dilawan
Penjajah dilawan, negeri sendiri jadi kawan
Walau langit kelam berbalut pekat sang awan
2. Indonesiaku
Karya: Gufron Nawawi
Indonesiaku
Hari ini ulang tahunmu
Aku sangat bersukacita
Aku sangat gembira
Aku tak peduli tentang keadaanmu saat ini
Aku tak peduli tentang kesedihanmu hari ini
Aku tak peduli tentang korupsi para pejabat, narkotika, dan sebagainya
Aku tak peduli tentang apapun yang terjadi padamu
Bukan karena aku tak sayang
Tapi aku hanya ingin merayakan hari ini bersamamu
Hari yang sakral
17 Agustus 1945
Kau merdeka!
3. Karya dalam Merdeka
Karya: Asfis Suminarsih
Indah mengenang dalam bahagia
Nusantara kini telah bebas merdeka
Jadi negeri yang mandiri dan berjaya
Namun ….
Hingga negeri kita semakin berjaya di segala lininya
Kita tak bisa hanya bahagia dengan kata
Berikan bukti dengan segala upaya
Sepenuh hati kita bersama berikan karya
Dengan pikiran maupun tenaga
Wujudkan negeri makmur sentosa dalam naungan Pancasila
Keberagaman akan mewarnai indahnya
Dalam beda selalu bersama
4. Inilah Saatnya
Karya: Bagun Luhur Prasetyo
Detik-detik menegangkan
Mencetak sejarah yang tak terlupakan
Memperkenalkan ke seluruh dunia
“Inilah si merah putih, yang telah ditunggu kehadirannya”
Selama beberapa detik
Dunia hening tak mendengarkan
Naskah yang sudah lama dinantikan
Yang menjadi bukti perjuangan para pahlawan
Ketika itu pula, para pendekar negeri berkata dalam hati
“Inilah saatnya”
Seakan telah terbayar semua tetesan air mata, keringat, maupun darah
Karena memang inilah alasan mereka berjuang dan berkorban
Selang beberapa menit
Si merah putih diperlihatkan kesucian dan keberaniannya
Tanpa rasa takut, rasa khawatir
Itulah… hakikatnya MERDEKA
Para pahlawan pun tak kuasa menahan air mata
Melihat awal mula dari apa yang mereka impikan
Karena mereka mengetahui, MERDEKA itu bukan alasan menghentikan perjuangan
Tapi merupakan langkah baru bagi kaum merah putih tuk berkembang
Sejak hari itu, tak ada lagi rasa takut
Tak ada lagi rasa khawatir
Rakyat bebas kesana kemari
Bebas berkreasi dan berinovasi
Kan dikenang selamanya oleh dunia
Bahwa 17 Agustus 1945
Itulah kelahiran ibu pertiwi tercinta
Engkaulah Indonesia
75 tahun sudah, kau berdiri…. Hingga selamanya.
Demikian pembahasan tentang contoh puisi 17 Agustus sebagai acuan dalam menulis atau membaca di hari kemerdekaan mendatang. Anda juga bisa menggunakannya sebagai caption unggah di media sosial.