Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono dan Profil Singkatnya
Puisi merupakan salah satu karya sastra Indonesia yang berkembang sejak zaman sejarah hingga sekarang. Perkembangannya mencetuskan berbagai sastrawan dan sastrawati terkemuka di eranya masing-masing.
Salah satunya yaitu Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono. Sosoknya dikenal sebagai pujangga, sastrawan, serta seniman yang aktif berkarya sejak tahun 60-an. Ia merupakan sastrawan yang juga aktif sebagai pengajar hingga pejabat di Universitas Indonesia pada dekade 1970-an. Ia juga sempat menjadi redaktur di berbagai media cetak kala itu.
Terkait dengan itu, kali ini kami akan membahas tentang sejumlah karya puisi Sapardi Djoko Damono. Kami terlebih dahulu akan menjelaskan tentang profil singkat dan sepak terjang kariernya. Berikut pembahasannya.
Profil Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono lahir pada 20 Maret 1940 di Surakarta, Jawa Tengah. Ia kerap disapa dengan singkatan namanya, yakni SDD. Namanya kondang sebagai sastrawan terkemuka angkatan 70-an. Diketahui bahwa ia banyak menghabiskan masa muda di Surakarta. Dirinya menempuh pendidikan Sekolah Dasar di Inpres Nagaraherang. Kemudian SMP Negeri 2 Surakarta dan SMA Negeri 2 Surakarta.
Ia melanjutkan pendidikan di Jurusan Sastra Barat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tak sampai di situ, Sapardi Djoko Damono melanjutkan studinya hingga mendapat gelar doktor pada tahun 1989.
SDD memulai kariernya sebagai pengajar di IKIP Malang pada tahun 1964-1968. Kemudian ia pindah ke Jakarta dan menjadi direktur pelaksana Yayasan Indonesia.
Setelahnya, SDD menjadi pengajar dan diangkat sebagai Dekan Fakultas Sastra UI periode 1905-1999. Kemudian ia aktif menjadi redaktur di berbagai media seperti Horison, Basis, Kalam, Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, hingga Tenggara yang beroperasi di Kuala Lumpur.
Tak hanya menulis puisi, SDD juga mengarang cerita pendek, menerjemahkan karya asing, menulis esai, bahkan mengisi artikel di media cetak. Beberapa karyanya yang populer di antaranya yaitu Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari.
Puisi Sapardi Djoko Damono
Berikut kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono:
1. Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
2. Yang Fana Adalah Waktu
Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik,
merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.
Kita abadi.
3. Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.
4. Hatiku Selembar Daun
Hatiku selembar daun
melayang jatuh di rumput;
Nanti dulu,
biarkan aku sejenak terbaring di sini;
ada yang masih ingin kupandang,
yang selama ini senantiasa luput;
Sesaat adalah abadi
sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi.
5. Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
6. Gerimis Jatuh
Gerimis jatuh kau dengar suara di pintu
Bayang-bayang angin berdiri di depanmu
Tak usah kau ucapkan apa-apa; seribu kata
Menjelma malam, tak ada yang di sana
Tak usah; kata membeku,
Detik meruncing di ujung sepi itu
Menggelincir jatuh
Waktu kau tutup pintu.
Belum teduh dukamu.
7. Metamorfosis
Ada yang sedang menanggalkan
kata-kata yang satu demi satu
mendudukkanmu di depan cermin
dan membuatmu bertanya
tubuh siapakah gerangan
yang kukenakan ini
ada yang sedang diam-diam
menulis riwayat hidupmu
menimbang-nimbang hari lahirmu
mereka-reka sebab-sebab kematianmu
ada yang sedang diam-diam
berubah menjadi dirimu.
8. Sajak Putih
Beribu saat dalam kenangan
Surut perlahan
Kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh
Sewaktu detik pun jatuh
Kita dengar bumi yang tua dalam setia
Kasih tanpa suara
Sewaktu bayang-bayang kita memanjang
Mengabur batas ruang
Kita pun bisu tersekat dalam pesona
Sewaktu ia pun memanggil-manggil
Sewaktu Kata membuat kita begitu terpencil
Di luar cuaca
9. Akulah di Telaga
Akulah si telaga:
berlayarlah di atasnya;
berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil
yang menggerakkan bunga-bunga padma;
berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;
sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja
perahumu biar aku yang menjaganya.
10. Dalam Doaku
Dalam doa subuhku ini kau menjelma langit yang
semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening
siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening
karena akan menerima suara-suara
Ketika matahari mengambang di atas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk pucuk cemara yang
hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya
mengajukan pertanyaan muskil kepada angin
yang mendesau entah dari mana
Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung
gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,
yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu
bunga jambu, yang tiba tiba gelisah dan
terbang lalu hinggap di dahan mangga itu
Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang
turun sangat perlahan dari nun disana, bersijingkat
di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku
Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,
yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit
yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi
bagi kehidupanku
Aku mencintaimu,
itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu
Itulah kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono yang populer. Tak sedikit di antaranya biasa dikutip sebagai kalimat undangan hingga keterangan pada unggahan media sosial.