Apa itu Dinasti Politik? Ini Seluk Beluk Kekuasaan Satu Keluarga
Apa itu dinasti politik? Politik dinasti merupakan kekuasaan politik yang dijalankan sekelompok orang yang masih berkaitan dalam hubungan keluarga. Dinasti politik lebih identik dengan kerajaan karena kekuasaan diwariskan secara turun-temurun dari ayah kepada anak agar kekuasaan tetap ada di lingkaran keluarga.
Dinasti politik harus dilarang secara tegas karena semakin marak praktek di beragam pilkada dan pemilu legislatif. Proses rekrutmen dan kaderisasi di partai politik pun tidak berjalan atau macet. Apabila kuasa dinasti di sejumlah daerah bertambah besar, semakin marak sumber daya alam dan lingkungan.
Apa itu Dinasti Politik?
Dinasti politik merupakan sistem yang menciptakan atau mengembangkan kekuasaan dengan mengandalkan hubungan kekerabatan atau familisme. Dalam hal ini, kerabat dekat atau anggota keluarga dijadikan sebagai alat atau faktor pendukung terciptanya suatu kekuasaan yang kuat dan bertahan lama.
Apa itu dinasti politik merupakan sistem yang bertentangan dengan demokrasi karena membatasi ruang lingkup demokrasi yang seharusnya membuka peluang berpolitik seluas-luasnya. Fenomena ini telah ada sejak zaman kerajaan yang tumbuh dan berkembang di nusantara (Indonesia).
Fenomena tersebut sudah ada sejak zaman kerajaan tumbuh dan berkembang di nusantara (Indonesia). Sampai saat ini, dinasti politik masih kental keberadaannya. Baik dari segi konsep sebagai pelaku politik strategi politik, orientasi politik lalu membentuk suatu budaya politik yang tetap tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Indonesia.
Dalam negara demokrasi, pada dasarnya tidak ada dinasti politik meski banyak sejarah mencatat dalam negara demokrasi modern pasti ditemukan dinasti politik. Padahal kita ketahui bahwa negara demokrasi menjunjung tinggi hak seluruh warga negara untuk dipilih dan memilih berdasarkan kedekatan secara personal dan kekeluargaan bukan berdasarkan kualitas kandidat.
Dinasti politik di Indonesia muncul dan berkembang sejak orde lama. Dalam ranah lokal, dinasti politik muncul sejak pertama kali pilkada yang dilakukan pada tahun 2005 melalui implementasi otonomi daerah sejak tahun 2001.
Penyebab Munculnya Dinasti Politik
Dinasti politik membuat orang kompeten menjadi tidak bisa menduduki kursi pemerintahan karena alasan bukan keluarga. Berikut hal-hal yang menyebabkan terjadinya dinasti politik mengutip Mkri.id:
- Munculnya keinginan dalam diri atau keluarga untuk memegang kekuasaan.
- Muncul kelompok terorganisir karena kesepakatan dan kebersamaan dalam kelompok sehingga terbentuk penguasa dan pengikut kelompok.
- Munculnya kolaborasi antara penguasa dan pengusaha yang menggabungkan kekuatan modal dengan kekuatan politisi.
- Terdapat pembagian tugas antara kekuasaan politik dengan kekuasaan modal sehingga munculah korupsi.
Dampak yang Ditimbulkan oleh Politik Dinasti
Dinasti politik bukan sistem yang tepat untuk diterapkan di Indonesia karena bukan negara dengan sistem pemerintahan monarki yang memilih pemimpin berdasarkan garis keturunan. Adapun berikut dampak yang ditimbulkan oleh politik dinasti:
1. Partai Sebagai Mesin Politik Semata
Fungsi partai sebagai mesin politik semata dapat menghambat fungsi ideal partai sehingga tidak ada target lain selain kekuasaan. Dalam proses ini, rekrutmen partai lebih didasarkan pada popularitas dan kekayaan caleg untuk meraih kemenangan. Kemudian muncul calon instan dari kalangan selebriti pengusaha atau politik dinasti tanpa melalui proses kaderisasi.
2. Tertutup Kesempatan untuk Kader Berkualitas
Tertutupnya kesempatan kader berkualitas merupakan konsekuensi logis dari gejala pertama politik dinasti. Sirkulasi kekuasaan hanya berputar dalam lingkungan elit dan pengusaha sehingga potensial terjadinya negosiasi dan penyusunan konspirasi kepentingan dalam menjalankan tugas kenegaraan.
3. Cita-cita Demokrasi Sulit Tercapai
Cita-cita demokrasi sulit tercapai karena tidak tercipta pemerintahan yang baik dan bersih. Alhasil fungsi kontrol kekuasaan pun melemah dan tidak berjalan efektif sehingga memungkinkan terjadinya penyimpangan kekuasaan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme.
Contoh Politik Dinasti di Indonesia
Setelah mengetahui apa itu dinasti politik, informasi yang tidak kalah penting untuk diketahui yaitu contoh politik dinasti di Indonesia. Politik dinasti sempat terjadi di Banten, mulai dari Gubernur hingga Wali Kota yang dikuasai oleh satu keluarga yang sama.
Hanya saja, pemilihan secara langsung masih didominasi oleh pendukung elit politik lama yang memiliki loyalitas tinggi. Berkuasanya keluarga Atut karena memiliki sumber kekayaan melimpah. Dengan begitu, bisa membangun kekuasaan secara turun temurun tanpa menghilangkan nilai demokrasi.
Pada 2020, anak dari Wali Kota Serang, Ratu Tatu Chasanah yaitu Pilar Saga maju sebagai Wali Kota Tangsel. Sementara, Ratu Tatu Chasanah merupakan adik dai eks Gubernur Banten yang bernama Ratu Atut Chosiyah.
Tiga nama itu memiliki hubungan darah alias masih satu keluarga. Dengan modal kekuasaan dan kekayaan yang dimiliki oleh pilar, ia berhasil menang dalam kontestasi Pilwalkot Tangsel pada tahun 2020. Pilar besama dan Benyamin Davnie berhasil meraup suara terbanyak dengan jumlah suara 40,9%.
Dinasti Atut tidak berhenti di situ saja, menantunya Ratu Atut Chosiyah juga maju dalam Pilkada tahun 2020. Menantunya benama Tanto Ersono Arban, maju sebagai calon Wakil Bupati Pandeglang berpasangan dengan Ima Narulita.
Fenomena politik dinasti terjadi di Banten karena beberapa alasan, salah satunya macetnya kaderisasi partai politik dalam menjaring calon kepala daerah berkualitas. Sehingga menciptakan pragmatisme politik yang mendorong kalangan keluarga kepala daerah menjadi pejabat publik.
Penyebab kedua karena masyarakat ingin menjaga kondisi status quo di daerah. Yang mana menginginkan kepala daerah berkuasa dengan cara mendorong kalangan keluarga dan orang terdekat.
Dapat disimpulkan, dinasti politik merupakan serangkaian strategi untuk memperoleh kekuasaan agar tetap ada di dipihaknya. Kekuasaan diwariskan ke orang lain yang memiliki hubungan keluarga dengan pemegang kekuasaan sebelumnya.