Kisah Duka Para Jurnalis saat Meliput Kerusuhan 22 Mei

Dimas Jarot Bayu
24 Mei 2019, 07:15
jurnalis, aksi unjuk rasa Bawaslu, intimidasi aparat keamanan
Sejumlah masa yang tergabung dalam Gerakan Kedaulatan Rakyat melakukan solat teraweh berjamaah saat aksi di depan Kantor Bawaslu RI, Jakarta Pusat (21/5). Aksi ini merupakan penolakan terhadap hasil rekap pemilu 2019.

Dipta tertunduk lesu setelah mendengar kabar motornya habis tinggal rangka di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Tak ada lagi sisa dari motor jenama Suzuki Shogun itu setelah dipakai Dipta meliput kericuhan yang terjadi di kawasan tersebut pada Rabu (22/5) hingga Kamis (23/5) dini hari.

Motor milik jurnalis salah satu media massa cetak nasional itu terbakar setelah kericuhan meluas ke Jalan Wahid Hasyim dari depan gedung Bawaslu, Jakarta. Padahal, motor tersebut yang setia mengantar Dipta meliput di Ibu Kota sehari-hari.

Advertisement

"Motor saya tinggal tersisa setang, rangka, dan bannya saja," kata Dipta kepada Katadata, Kamis (23/5).

Dipta bercerita, awalnya ia ditugaskan untuk memantau kondisi aksi unjuk rasa di depan gedung Bawaslu pada Rabu (22/5) siang. Ketika itu, Dipta bertolak dari gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) setelah memantau kondisi keamanan di lokasi penyelenggara Pemilu tersebut.

Hanya saja, Dipta kehabisan lokasi parkir di sekitar gedung Bawaslu karena massa aksi sudah memadati kawasan tersebut. Alhasil, Dipta memarkirkan motornya di pedestrian jalan Wahid Hasyim bersama beberapa kendaraan lainnya.

"Karena saya merasa massa aksi akan bubar setelah buka puasa, maka saya beranikan parkir motor di pedestrian," kata Dipta.

Pikiran Dipta ternyata jauh dari realita di lapangan. Kericuhan antara massa dan aparat keamanan justru pecah setelah buka puasa diadakan. Massa melempari polisi dengan batu, botol, petasan hingga bom molotov. Aparat keamanan yang berjaga membalas serangan massa dengan menembakkan gas air mata, petasan, dan water cannon.

Konsentrasi massa pun terbelah ke arah Medan Merdeka, Tanah Abang, dan Wahid Hasyim. Di ketiga lokasi tersebut, kericuhan antara massa dan aparat keamanan kembali terjadi.

Dipta yang hendak pulang sekitar pukul 22.00 WIB pun mengurungkan niatnya karena kericuhan masih terjadi. Selain itu, dia kesulitan mengambil motornya karena konflik justru berpindah ke Jalan Wahid Hasyim.

Pada Kamis (23/3) pukul 03.00 WIB, ketika konflik sudah mulai mereda, barulah Dipta berniat pulang. Nahas, ketika itu motornya sudah terbakar habis. "Semua motor sudah enggak berbekas apapun di situ," kata Dipta.

(Baca: Kronologi Lengkap Demonstrasi Berujung Rusuh di Bawaslu 22 Mei Subuh)

Dipta bukan satu-satunya jurnalis yang mengalami kisah duka ketika meliput kericuhan di depan Gedung Bawaslu. Ada pula jurnalis Tribunnews.com, Danang Triatmojo yang mesti terjebak di tengah kerumunan massa ricuh.

Kisah tersebut bermula ketika Danang hendak meliput aksi unjuk rasa di depan Gedung Bawaslu pada pukul 18.00 WIB. Ia berjalan kaki dari Balai Kota Jakarta, berbelok ke Jalan Sabang dan Wahid Hasyim, sebelum tiba di lokasi aksi.

Persoalannya, jalan tersebut sudah penuh dengan massa ketika dihampiri Danang. Dia pun akhirnya berputar arah melewati Jalan M.H Thamrin dan menembus barisan massa untuk bisa sampai ke lokasi aksi.

Ketika hampir sampai di dekat titik utama aksi, rupanya suasana mulai memanas. Seruan koordinator aksi agar massa pulang tak diindahkan. Massa lalu melempari batu, botol, petasan dan lainnya ke arah aparat keamanan yang berjaga.

Di samping itu, massa mulai membakar ban dan sampah di tengah jalan. Melihat itu, aparat keamanan menembakkan gas air mata ke arah massa. "Saya panik di tengah massa, berdesak-desakkan. Situasinya benar-benar gemetar," kata Danang.

Danang terjebak di tengah kerumunan massa itu sekitar satu jam. Karena kondisi yang semakin tak kondusif, ditambah mata perih akibat gas air mata, Danang akhirnya lari mengamankan diri.

Dia masuk ke dalam Kementerian Agama. Di sana, Danang bertemu dengan para tentara yang tengah berjaga. Danang bertahan sampai terdengar adzan isya berkumandang.  "Saat adzan isya, massa situasinya lebih tenang. Saya langsung lari ke Balai Kota agar lebih aman," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement