Pertamina Dinilai Tetap Perlu Bangun Kilang untuk Tekan Impor BBM

Image title
1 September 2020, 16:32
Ilustrasi, kilang minyak. Pembangunan kilang dinilai tetap relevan meski produksi minyak nasional terus menurun, agar Indonesia bisa mengurangi impor BBM.
ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Ilustrasi, kilang minyak. Pembangunan kilang dinilai tetap relevan meski produksi minyak nasional terus menurun, agar Indonesia bisa mengurangi impor BBM.

PT Pertamina terus berkomitmen membangun lima proyek kilang yang terdiri dari satu proyek Grass Root Refinery (GRR) di Tuban, serta empat proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) di Cilacap, Balongan, Balikpapan dan Dumai. Pembangunan kilang tetap dikebut untuk mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM).

Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal Husin mengatakan pembangunan kilang masih sangat relevan, meski produksi minyak nasional terus menurun. Memang, pembangunan kilang akan memperbesar impor minyak mentah Indonesia, namun ia menilai hal ini masih jauh lebih baik dibandingkan apabila Indonesia harus melakukan impor BBM.

Advertisement

"Pengurangan impor BBM memberi keuntungan dari sisi fiskal dan neraca perdagangan. Selain itu, pembangunan kilang juga dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja dalam negeri serta berdampak pada industri pendukung lokal, sehingga menurut saya masih sangat relevan dilakukan saat ini," kata Moshe kepada Katadata.co.id, Selasa (1/9)

Ia pun menilai pembangunan kilang tak melulu harus linear dengan produksi minyak, karena fungsinya adalah untuk memastikan keamanan stok minyak dan BBM, serta mendapatkan keuntungan dari pasar ekspor. Ia mengambil contoh Singapura yang tidak memiliki industri hulu namun memiliki kilang dengan kapasitas produksi 1,5 juta barel per hari.

Kemudian, India yang memiliki kapasitas kilang terbesar kedua di Asia Pasifik terus berkomtimen mengembangkan asetnya. Bahkan, pada Juni 2020 India menyatakan bakal menggandakan kapasitas kilangnya.

Sebelumnya, Pertamina memproyeksikan impor minyak mentah meningkat hingga 900.000 barel per hari (bph) pada 2027. Hal ini seiring dengan rampungnya proyek-proyek kilang yang akan meningkatkan kebutuhan minyak mentah nasional.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan pembangunan kilang minyak sangat penting untuk direalisasikan guna menekan impor BBM, namun hal ini akan meningkatkan impor minyak mentah di masa mendatang. Adapun kenaikan impor nantinya juga tergantung pada realisasi produksi minyak dalam negeri.

"Nilai impor ada dua, dengan asumsi tidak jalankan proyek kilang sehingga impor BBM yang banyak atau kita bangun tapi impor crude-nya yang naik," ujar Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat Bersama Komisi VII, Senin (31/8).

Saat ini Pertamina mengimpor minyak mentah sebanyak 300.000-350.000 bph dan diperkirakan stabil pada kisaran ini hingga 2024. Adapun, impor minyak mentah akan mulai naik setelah proyek perbaikan dan peningkatan kapasitas Kilang Balikpapan tahap pertama rampung di 2024.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement