Profil Kilang Pertamina Dumai, Salah Satu Kilang Terbesar Indonesia

Image title
2 April 2023, 13:01
kilang Pertamina, kilang Pertamina Dumai
Dok. Pertamina
Ilustrasi, kilang Pertamina Refinery Unit II.

Pada Sabtu (1/4) pukul 22.40 waktu Indonesia bagian barat (WIB) kilang Pertamina Refinery Unit II yang terletak di kota Dumai, Riau, meledak. Ledakan kilang Pertamina Dumai ini, menyebabkan sembilan orang yang bertugas di ruang operator mengalami luka-luka.

Selain itu, sejumlah rumah warga yang berada di dekat lokasi kilang dilaporkan mengalami kerusakan akibat dentuman ledakan. Dilaporkan juga ledakan terdengar juga sampai ke Pulau Rupat.

Advertisement

Mengutip situs resmi Pertamina, Refinery Unit II ini telah beroperasi sejak 1971 dan merupakan salah satu kilang terbesar yang ada di Pulau Sumatera. Unitnya berada di dua lokasi yaitu Dumai dan Sungai Pakning.

Kapasitas produksi kilang Pertamina Dumai ini mencapai 170.000 barel per hari, baik bahan bakar minyak (BBM) dan bahan bakar khusus (BBK), serta non-BBM.

Ilustrasi, Pertamina Refinery Unit II, Dumai, Riau.
Kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai, Riau. (Dok. Pertamina)

Lahir dari Kerjasama Indonesia-Jepang

Pembangunan kilang Pertamina Dumai ini dimulai pada 20 April 1969 atas dasar persetujuan "TurnKeyProject", dan merupakan hasil kerjasama Pertamina dengan Far East Sumitomo Sloye Kaisha, yang merupakan kontraktor asal jepang. Pembangunan kilang ini dikukuhkan dalam Surat Keputusan Direktur Utama Pertamina Nomor 334/KPS/DM/1967.

Adapun, pelaksanaan teknis pembangunan kilang ini dilaksanakan oleh dua perusahaan asal Jepang, yakni Ishikawajima-Harima  Heavy Industries, yang melakukan pekerjaan kontruksi pembuatan kilang crude distilation unit (CDU) dan fasilitas penunjang pembangkit utama. Kemudian, TAESEI Construction Co., untuk melakukan pekerjaan kontruksi pembuatan fasilitas penunjang konstruksi kilang.

Unit yang pertama selesai dibangun, adalah CDU, yang rampung pada Juni 1971. Unit ini dirancang untuk mengolah minyak mentah jenis Sumatra Light Crude (SLC), dengan kapasitas 100.000 barel per hari.

Pada 14 Agustus 1971, unit pertama kilang Pertamina Dumai ini menjalani uji coba. Setelah itu, pada 9 September 1971 kilang ini diresmikan oleh Presiden Soeharto, dengan nama Kilang Putri Tujuh.

Produk awal yang diproduksi oleh kilang ini, antara lain naphtha, kerosene, solar/automotive diesel oil (ADO), bottom product berupa 55% volume low sulphur wax residu (LSWR) untuk diekspor ke Jepang dan Amerika Serikat (AS).

Pada 21 Februari 1973, naphta rerun unit (NRU) dan hydrocarbon platformer mulai dioperasikan dan pada l6 September 1973 platformer unit diserahkan pada Pertamina oleh Sumitomo Slolye Kaisha.

Pada kilang lama (existent plant) ini, crude oil diubah menjadi fuelgas, premiumkerosene,  ADO dan residu. Sebagai informasi, residu atau LSWR merupakan produksi terbanyak, yaitu 62%.

Residu ini perlu pengolahan lebih lanjut, karena kilang Pertamina Dumai belum memiliki unit yang dapat mengolah residu. Maka, residu ini akhirnya diekspor ke Jepang dan AS.

Kurangi Ketergantungan Impor, Kilang Pertamina Dumai Diperluas

Karena kebutuhan BBM  dalam negeri yang semakin tinggi, serta untuk mengurangi ketergantingan impor dari luar negeri, maka pemerintah memutuskan untuk membangun kilang baru. Fungsinya adalah, untuk mengolah LSWR menjadi bahan bakar yang siap pakai.

Kilang baru ini diberi nama Hydrocracker Unit, di mana unit ini tidak mengolah minyak mentah. Melainkan, mengolah residu hasil CDU pada Kilang Putri Tujuh dan Kilang Sei Pakning.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement