Pasar Sedang Redup, Startup Kripto Ditaksir Tetap Diminati Investor
Industri aset kripto dan blockchain diyakini masih menjadi fokus utama para investor modal ventura atau venture capital, meski pasar sedang lesu. Ini terlihat saat bitcoin turun hampir 70% dari level tertingginya pada akhir 2021, namun modal ventura tetap sibuk dengan aktivitasnya di startup kripto dan blockchain.
Menurut Dove Metrics, tercatat ada 160 investasi oleh modal ventura ke startup kripto bulan lalu, dengan total pendanaan yang diraih mencapai US$ 1,91 miliar. Sementara, JP Morgan mencatat sejak awal tahun, investasi modal ventura di industri kripto dan blockchain telah mencapai US$ 18,3 miliar. Itu hampir tiga kali lipat jumlah yang diinvestasikan pada 2020.
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakarindo) Teguh Kurniawan Harmanda mengatakan, walau market aset kripto tengah bearish, minat pemodal untuk mendanai startup atau proyek blockchain masih tinggi. Menurutnya, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menentukan startup atau proyek kredibel dan memiliki fundamental yang kuat untuk diinvestasikan.
"Crypto winter tidak menumpulkan selera investasi venture capital. Saya melihat modal tersedia dan bisa digunakan untuk investasi di startup kripto atau blockchain lainnya. Namun, beberapa modal ventura lebih selektif menentukan startup atau proyek mana yang akan mereka danai," kata Teguh, dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (6/8).
Menurut Teguh, saat ini modal ventura akan semakin fokus untuk melakukan due diligence yang ketat dalam membuat keputusan menggelontorkan dana. Perubahan perilaku ini, dipengaruhi oleh kondisi market, serta risiko ekosistem kripto dan blockchain yang masih pada masa tahap awal perkembangan.
Pergeseran fokus ini berbeda pada bulan dan tahun sebelumnya, di mana satu atau lebih dana modal ventura yang diinvestasikan dalam sebuah startup atau proyek biasanya cukup melihat perkembangan dari lonjakan nilai token kripto dalam ekosistemnya. Namun, saat ini para modal ventura tidak menjalankan metode seperti itu lagi.
"Saat ini modal ventura harus lebih berhati-hati dalam melakukan pendanaan ke startup atau proyek kripto maupun blockchain. Banyak dari mereka telah melihat nilai investasi dan reputasi bisa anjlok, karena proyek yang mereka promosikan secara aktif mengalami kegagalan, seperti kasus Terra misalnya," ujarnya.
Tidak hanya modal ventura, perusahaan besar atau institusi lainnya juga mulai mantap memasuki industri kripto dan blockchain. Terbaru BlackRock yang kini siap memberikan klien investor institusional mereka akses ke investasi aset kripto.
Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa perusahaan besar yang sedang menjajaki pengembangan bisnis dengan memanfaatkan teknologi blockchain yang memiliki keunggulan transparansi, kecepatan transfer data, tingkat keamanan yang tinggi dan interoperabilitas.
Teguh menjelaskan, saat ini ada beberapa perusahaan besar dari berbagai sektor, mulai industri hiburan, media hingga perbankan Indonesia yang menggandeng Aspakarindo untuk meningkatkan bisnis melalui pemanfaatan blockchain.
"Jadi, meski market kripto secara khusus sedang lesu, teknologi backbone-nya, yaitu blockchain masih menjanjikan untuk jangka panjang. Ini seperti revolusi internet pada dekade 1990-an lalu," kata Teguh.