Profil Tjandra Gunawan, Dirut Bank Neo Commerce yang Mengundurkan Diri
Direktur Utama PT Bank Neo Commerce Tbk Tjandra Gunawan mengundurkan diri dari jabatannya. Perseroan telah menerima permohonan pengunduran diri Tjandra pada 28 April 2023.
Bank Neo Commerce akan meminta persetujuan dari pemegang saham atas pengunduran diri direktur utamanya pada Juni 2023. Hal ini berdasarkan pada ketentuan yang diatur dalam POJK 33/2014 dan anggaran dasar perseroan.
"Kejadian ini tidak berdampak merugikan terhadap kegiatan usaha dan keuangan perseroan," kata Direktur Kepatuhan Ricko Irwanto, dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (5/3).
Siapa sebenarnya Tjandra Gunawan? Simak ulasan singkat mengenai profilnya berikut ini.
Sekilas tentang Pendidikan dan Karir Tjandra Gunawan
Melansir LinkedIn, Tjandra mengemban tugas sebagai direktur utama Bank Neo selama tiga tahun. Sebelum bergabung dengan Bank Neo, ia menjadi komisioner di PT eDaun Inspirasi Dijital (Hemat.id) selama hampir enam tahun.
Mengutip informasi dalam situs perseroan, Tjandra meraih gelar Sarjana Akuntansi dari Universitas Tarumanagara pada 1997. Ia mengawali karir profesional sebagai Auditor di KPMG Siddharta Siddharta & Harsono pada 1994, dan memulai karir di dunia keuangan dan perbankkan pada 2000 sebagai Manager, Head Office Reporting & Analyst di Citibank NA.
Selama perjalanan kariernya, Tjandra menduduki beberapa posisi penting di beberapa perusahaan keuangan, seperti GM Finance & Treasury di PT Asuransi Allianz Life Indonesia, dan Head of Corporate Planning & Budgeting di PT Bank Commonwealth.
Kemudian, VP Head of Business Finance & Support di Royal of Scotland NV, SVP Head of Budgeting & Planning di PT Bank QNB Indonesia Tbk, dan sebagai CFO PT Bank BNP Paribas Indonesia.
Karir Tjandra Gunawan di Bank Neo Commerce
Tjandra menerima pinangan William Li, CEO dan Co-Founder Akulaku, selaku pemegang saham PT Bank Yudha Bakti Tbk, untuk bergabung sebagai direktur keuangan pada Maret 2020.
Saat itu, ia mendapat tantangan untuk mentransformasi Bank Neo Commerce menjadi "Three biggest digital banks in Asia" dalam kurun waktu tiga tahun.
Untuk mencapainya, Tjandra menghadapi beberapa kendala, yakni pandemi Covid-19. Kemudian, memenuhi modal inti bank umum minimal Rp 1 triliun pada 2020, lalu naik Rp 2 triliun di 2021 dan Rp 3 triliun pada 2022 berdasarkan regulasi OJK.
Pada April 2020, ia diberi kepercayaan oleh pemegang saham menjadi Direktur Utama Bank Yudha Bakti, yang kemudian bertransformasi menjadi Bank Neo Commerce di periode yang sama. Di bawah kepemimpinan Tjandra, Bank Neo Commerce melakukan sejumlah langkah transformasi, salah satunya meluncurkan aplikasi bank digital bernama Neobank.
Ia juga berhasil mengawal aksi korporasi Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) VI atau rights issue perseroan. Aksi korporasi tersebut, mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 15 kali dari sisa saham yang belum dilaksanakan.
Rights issue Bank Neo Commerce tercatat oversubscribed ketiga kalinya berturut-turut setelah pelaksanaan PMHMETD IV pada Juni 2021 dan PMHMETD V Desember 2021.
Jumlah saham yang ditawarkan pada rights issue Bank Neo Commerce pada PMHMETD VI tercatat sebanyak 2.617.133.843 saham baru, dengan harga pelaksanaan Rp 650 per saham. Dengan demikian, jumlah dana yang diterima perseroan dari aksi korporasi tersebut, adalah sebesar Rp 1,7 triliun. Capaian tersebut membuat modal inti Bank Neo Commerce telah melebihi Rp 3 triliun, atau memenuhi ketentuan modal inti minimum yang ditetapkan oleh OJK.
Selama periode perdagangan PMHMETD VI yang berlangsung pada 24-30 November 2022, juga periode pemesanan akhir saham tambahan di 30 November 2022, tercatat pelaksanaan PMHMETD VI terserap habis dan terjadi kelebihan pemesanan tambahan mencapai 1,16 miliar lembar saham atau setara dengan Rp 756 miliar.
Kinerja Bank Neo Commerce di Bawah Kepemimpinan Tjandra Gunawan
Selama menjabat sebagai Direktur Utama Bank Neo Commerce, Tjandra berhasil membawa perseroan mencatatkan kenaikan kinerja yang signifikan. Pada 2022, pendapatan bunga perseroan tercatat melonjak 261,94% menjadi Rp 2,41 triliun. Sementara, pendapatan bunga bersih pada periode tersebut, tercatat naik signifikan 436,94% menjadi Rp 1,7 triliun.
Dari sisi jumlah kredit yang diberikan, Bank Neo Commerce mencatat peningkatan hingga 139,6% menjadi Rp 10,24 triliun per 2022. Sejalan dengan naiknya jumlah kredit, aset yang dimiliki perseoran juga tumbuh 73,7% menjadi Rp 19,69 triliun.
Lalu, jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun Bank Neo Commerce juga meningkat signifikan 77,87% menjadi Rp 14,45 triliun pada 2022. Sementara pada 2021, DPK perseroan tercatat sebesar Rp 8,12 triliun.
Memang, Bank Neo Commerce masih mencatatkan kerugian sepanjang 2022, yakni sebesar Rp 789,06 miliar. Namun, kerugian ini lebih rendah 20% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, di mana perseroan mencatatkan rugi bersih mencapai Rp 986,29 miliar.
Rugi bersih yang dicatatkan Bank Neo Commerce ini seiring dengan aksi perusahaan yang tengah bertransformasi menjadi bank digital. Dalam proses transformasi tersebut, perseroan menyebutkan membutuhkan peningkatan biaya modal atau capital expenditure (capex) yang besar untuk berinvestasi pada pemanfaatan dan pengembangan teknologi.
Memasuki 2023, kinerja Bank Neo Commerce kembali mencatatkan kinerja yang apik sepanjang kuartal pertama. Ini tercermin dari rasio rugi bersih yang menyusut 83,5% secara tahunan menjadi Rp 68,4 miliar.
Mengutip laporan keuangan yang publikasi perseroan, perbaikan kinerja tersebut didorong oleh pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) yang melonjak 249% menjadi Rp 691,6 miliar pada kuartal I-2023.
Bank Neo Commerce juga mencatatkan kinerja yang semakin efisien, yang terlihat dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang berhasil dipangkas 8.560 bps menjadi 106,74% dari sebelumnya 192,34%.
Perseroan juga mencatatkan kenaikan aset sebesar 52,54% menjadi sebesar Rp 19,11 triliun sepanjang kuartal I-2023, dibandingkan periode yang sama tahun 2022 yang sebesar Rp 12,53 triliun.
Kenaikan aset ini sedikit banyak ditopang dari penyaluran kredit yang konsisten. Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, Bank Neo Commerce berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 10,91 triliun, atau naik sebesar 127,02% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang sebesar Rp 4,81 triliun.
Dalam keterangan resminya, Tjandra menyebutkan seiring dengan pencapaian tersebut, perseroan juga berhasil menarik minat masyarakat untuk menempatkan dana melalui inovasi aplikasi Neobank.