Bank Banten Tetap Berencana Jual Saham Baru meski Bursa Masih Anjlok
Meski pasar modal masih bergerak volatil, PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (Bank Banten) tetap akan menjalankan rencana penambahan modal melalui skema penerbitan saham baru atau rights issue dalam waktu dekat.
Direktur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa mengatakan, pelaksanaan right issue Bank Banten masih sesuai jadwal yang direncanakan. Akhir bulan Maret 2020, Bank Banten akan menyampaikan persyaratan yang dibutuhkan untuk registrasi ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Tentunya perseroan tidak mengharapkan penundaan atas right issue yang direncanakan, namun apabila terdapat hal-hal diluar kendali, kami akan menyelaraskan ketersediaan modal yang ada dengan ekspansi usaha,” ujar Fahmi ketika dihubungi Katadata.co.id, Senin (16/3).
Ia menjelaskan, kalaupun right issue harus mengalami penundaan, hal tersebut tidak akan berdampak pada ketersediaan likuiditas bank. Namun, Fahmi optimistis rencana ini tidak akan tertunda, karena ia yakin gonjang-ganjing di pasar modal akan segera berakhir dan pasar akan kembali stabil.
(Baca: IHSG Anjlok Hingga 3,99% Terseret Kebijakan The Fed Pangkas Bunga)
Rencananya, Bank Banten akan menerbitkan 400 miliar saham baru seri C dengan nilai nominal Rp 3 per saham. Saat ini, porsi kepemilikan Bank Banten digenggam PT Banten Global Development sebesar 51% dan publik sebesar 49%. Rinciannya, publik memegang 16,78% saham seri A dan 32,22% saham seri B. Sementara, Banten Global menggenggam saham seri B sebanyak 51%.
Pasca right issue, porsi kepemilikan saham Bank Banten tidak berubah, yakni Banten Global sekitar 51% dan publik sekitar 49%, namun ada perubahan terhadap komposisi jenis saham. Rinciannya, Banten Global akan memegang saham seri B dan C, masing-masing sebesar 7,05% dan 43,96%.
Sementara, investor publik akan memegang saham Seri A sebesar 2,23%, saham Seri B sebesar 4,45% dan saham Seri C sebesar 42,23%.
Melalui aksi right issue ini, Bank Banten berpotensi meraup dana segar sebesar Rp 1,2 triliun, yang akan digunakan untuk pengembangan bisnis, khususnya penyaluran kredit.
(Baca: IHSG dalam Tren Turun, Potensi Besar Borong Saham dengan Harga Murah)