Ekonomi Belum Normal, Analis Nilai IHSG Sulit Capai Level 6.000

Image title
16 Juli 2020, 13:04
Warga melintas di samping layar yang menampilkan infornasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (13/3/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari Jumat (13/3/2020) sore, ditutup menguat 11,82 poin atau 0
ANTARA FOTO/Galih Pradipta/pd.
Ilustrasi, pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks harga saham gabungan (IHSG) dinilai sulit mencapai level 6.000

Indeks harga saham gabungan (IHSG) dinilai sulit menembus level psikologis 6.000, karena laju perekonomian masih dibayangi pandemi virus corona atau Covid-19 hingga akhir tahun.

Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan, belum ada sentimen positif yang cukup kuat untuk mengangkat IHSG menembus level 6.000. Menurutnya, level paling optimis untuk pergerakan indeks tahun ini adalah, 5.800.

IHSG bertahan di level psikologis 5.000 saja sudah cukup sulit. Optimisme naik lebih tinggi mungkin timbul apabila indeks berhasil mencapai 5.500," kata Lanjar, kepada Katadata.co.id, Kamis (16/7).

Berdasarkan analisis teknikal, pergerakan IHSG saat ini membentuk pola wedges, dengan kecenderungan tren positif jangka menengah. Hal ini mengindikasikan adanya pergerakan naik, dan akan terkonsolidasi di level 5.200.

Pada saat indeks berhasil menyentuh level 5.200, maka pergerakannya akan menguji target berikutnya, yakni 5.500. Baru kemudian, indeks bisa cukup kuat untuk melangkah mendekati level 6.000.

Sementara, secara fundamental belum ada sentimen positif yang sanggup mengerek IHSG sampai level 6.000. Pasalnya, banyak kinerja emiten terganggu pandemi corona, terutama sektor keuangan dan konsumer, yang selama ini memberi pengaruh signifikan pada pergerakan indeks.

(Baca: Emiten IDX30 Turun 21,6% Sepanjang Tahun, Saham BUMN Paling Terpuruk)

“Jika peningkatan saham-saham di sektor keuangan dan konsumer ini tidak begitu signifikan, maka akan membebani pergerakan IHSG,” ujarnya.

Analis CSA Research Institute Reza Priyambada berpendapat, target posisi IHSG tahun ini di level 6.500-6.800 tidak mungkin tercapai. Alasannya, target tersebut ditetapkan di awal tahun, saat perekonomian dalam negeri menunjukkan pemulihan, serta adanya harapan meredanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

Kehadiran wabah Covid-19, dipandang Reza, mengubah seluruh target dan prediksi yang telah ditetapkan. Adanya pandemi, membuat IHSG yang tadinya dalam tren positif menjadi berbalik tertekan, seiring dengan masuknya Covid-19 ke Indonesia.

Faktor lainnya yang membuat pergerakan indeks sulit menembus level 6.000 adalah, adanya jurang yang cukup lebar pada pergerakan saham emiten besar dan kecil. Padahal, emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) jumlahnya lebih dari 500.

Halaman:
Reporter: Muchammad Egi Fadliansyah
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...