Kenaikan Beban Menekan Laba Unilever Semester I Menjadi Rp 3,6 T
PT Unilever Indonesia Tbk membukukan kinerja kurang positif sepanjang semester I 2020, dengan capaian laba bersih turun 2,11%. Peningkatan seluruh pos beban menjadi penyebab kinerja laba perseroan turun.
Mengutip laporan keuangan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), penjualan bersih perseroan tercatat naik sepanjang semester I 2020. Pada paruh pertama tahun ini, perseroan membukukan angka penjualan sebesar Rp 21,77 triliun, naik 1,47% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penjualan Unilever Indonesia mayoritas disumbang oleh segmen kebutuhan rumah tangga dan perawatan tubuh, yang membukukan penjualan Rp 15,1 triliun, naik 1,96% dibandingkan semester I 2019. Disusul oleh segmen makanan dan minuman yang mencatat penjualan senilai Rp 6,67 triliun, naik 0,45%.
Meski demikian, sepanjang semester I 2020 perseroan mencatatkan kenaikan beban secara signifikan. Beban pemasaran dan penjualan misalnya, tercatat meningkat 8,77% menjadi Rp 4,29 triliun, yang mayoritas berasal dari iklan & riset pasar, distribusi, dan promosi.
Sepanjang paruh pertama tahun ini, Unilever Indonesia menanggung beban Iklan dan riset pasar sebesar Rp 1,24 triliun, naik 4,27% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kemudian, beban distribusi tercatat naik 7,07% menjadi Rp 1,04 triliun, sementara beban promosi naik 7,68% menjadi Rp 911,01 miliar.
Selain membukukan kenaikan beban pemasaran dan penjualan, perseroan juga mencatatkan kenaikan pada beban umum dan administrasi. Sepanjang semester I 2020, perseroan tercatat mengeluarkan biaya sebesar Rp 2,14 triliun, naik 8,05% dibandingkan semester I 2019.
Manajemen Unilever mengatakan, adanya pandemi virus corona atau Covid-19 meningkatkan ketidakpastian atas operasional perseroan sejak Maret 2020.