Beda Strategi Produksi Perusahaan Batu Bara di Tengah Penurunan Harga

Image title
7 Agustus 2020, 08:00
Ilustrasi, aktivitas tambang batu bara. Penurunan harga batubara acuan (HBA) di tengah pandemi corona mmebuat Adaro memutuskan memangkas produksi, sementara Bukit Asam tetap mempertahankan target.
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc.
Ilustrasi, aktivitas tambang batu bara. Penurunan harga batubara acuan (HBA) di tengah pandemi corona mmebuat Adaro memutuskan memangkas produksi, sementara Bukit Asam tetap mempertahankan target.

Sejak pandemi virus corona atau lima bulan terakhir harga batu bara terus mengalami penurunan. Harga batu bara acuan atau HBA yang ditetapkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mulai turun pada April 2020 sebesar 2,05% menjadi US$ 65.77 per ton. HBA terus turun hingga US$ 50,34 per ton pada Agustus 2020.

Penurunan harga batu bara membuat perusahaan tambang batu bara harus meracik strategi guna mencegah agar kinerja tidak jeblok tahun ini. PT Adaro Energy Tbk misalnya, memperkirakan ada penurunan produksi batu bara sekitar 10% tahun ini menjadi di kisaran 54 juta ton. Tahun lalu realisasi produksi perusahaan milik Garibaldi Thohir ini tercatat mencapai 58,03 juta ton.

"Memperhatikan kondisi pasar saat ini, kami mengantisipasi penurunan produksi, utamanya pada jenis batu bara thermal. Adaro akan fokus mempertahankan margin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan," kata Head of Corporate Communication Adaro Febriati Nadira kepada Katadata.co.id, Kamis (6/8).

Langkah ini sejalan dengan himbauan Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) kepada para produsen untuk memangkas target produksi. Pemangkasan dilakukan untuk menyeimbangkan kondisi di pasar batu bara yang tertekan akibat pelemahan ekonomi global dan menurunnya kebutuhan listrik industri karena pandemi corona.

Nadira mengatakan perusahaan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana kerja. Adaro juga akan terus fokus terhadap upaya peningkatan keunggulan operasional, pengendalian biaya dan efisiensi, serta eksekusi strategi.

"Ini demi kelangsungan bisnis dan mempertahankan kinerja yang solid," ujarnya.

Imbas pandemi corona, Adaro juga memperkirakan adanya penurunan pendapatan sekitar 25% pada periode April 2020, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan laba bersih diperkirakan turun sekitar 25% hingga 50%.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...