Tren Rugi Bersih Menimpa Emiten Perhotelan selama Semester I

Image title
14 Agustus 2020, 18:49
Ilustrasi, karyawan hotel melayani reservasi dan check-in. Imbas pandemi virus corona, kinerja emiten perhotelan rontok sepanjang semester I 2020.
ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/hp.
Ilustrasi, karyawan hotel melayani reservasi dan check-in. Imbas pandemi virus corona, kinerja emiten perhotelan rontok sepanjang semester I 2020.

Perhotelan menjadi salah satu sektor yang terkena pukulan telak pandemi virus corona atau Covid-19. Kebijakan pembatasan aktivitas membuat mobilitas dan keinginan masyarakat berwisata turun drastis. Imbasnya, kinerja emiten sektor perhotelan turun tajam, bahkan merugi sepanjang semester I 2020.

Saat wabah Covid-19 merebak awal tahun ini sejumlah negara memberlakukan karantina wilayah (lockdown), serta membatasi pergerakan masyarakatnya. Indonesia pun memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran virus ini. Pemberlakuan kebijakan ini tak pelak memukul sektor perhotelan.

Sebagai gambaran, data GDP Venture menunjukkan pada periode Januari-April 2020 terdapat 737 hotel yang tutup atau tutup sementara di lima wilayah Indonesia akibat pandemi corona. Perinciannya, sebanyak 304 hotel di Jawa Barat, 170 di Bali, dan 98 di D.I Yogyakarta. Selanjutnya, terdapat 90 hotel di Jakarta dan 75 di Nusa Tenggara Barat.

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menyebutkan pihaknya mencatat ada 2.000 hotel di seluruh Indonesia yang menghentikan operasional bisnisnya akibat pandemi corona.  Secara keseluruhan sektor perhotelan ditaksir merugi hingga Rp 30 triliun.

Hal ini jelas berpengaruh pada kinerja emiten yang bergerak di sektor perhotelan yang mengalami penurunan laba atau bahkan mencatatkan rugi bersih sepanjang semester I 2020.

Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan selain tingkat okupansi yang sangat rendah selama pandemi corona, kinerja emiten perhotelan anjlok karena pendapatan dari sewa ruangan untuk acara atau event juga berkurang drastis.

"Imbasnya jelas ke pendapatan, karena di masa normal sewa ruangan untuk acara atau event ini berkontribusi cukup signifikan terhadap kinerja," kata Reza, kepada Katadata.co.id, Jumat (14/8).

Berikut ini rangkuman kinerja beberapa emiten perhotelan atau yang memiliki lini bisnis hotel sepanjang semester I 2020:

1. PT Dafam Property Indonesia Tbk

PT Dafam Property Indonesia Tbk membukukan rugi bersih sebesar Rp 11,5 miliar sepanjang semester I 2020, padahal pada periode yang sama tahun lalu perseroan mencatatkan laba sebesar Rp 2,5 miliar.

Kinerja yang buruk ini disebabkan oleh anjloknya pendapatan perseroan sepanjang paruh pertama tahun ini. Mengutip laporan keuangan, sepanjang semester I 2020 Dafam Property membukukan pendapatan sebesar Rp 35,94 miliar, anjlok 56,15% dibandingkan semester I 2019 yang sebesar Rp 81,97 miliar.

Lini bisnis hotel yang merupakan kontributor terbesar kinerja perseroan tercatat mengalami penurunan pendapatan secara signifikan. Sepanjang semester I 2020 pendapatan dari bisnis hotel tercatat sebesar Rp 19,11 miliar, turun 51,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kemudian, lini real estat juga turun dengan raihan pendapatan sebesar Rp 8,9 miliar sepanjang semester I 2020. Jumlah ini anjlok 66,61% dibandingkan semester I 2019 yang sebesar Rp 26,67 miliar.

Meski demikian, Dafam Property masih mencatatkan kenaikan pendapatan dari lini jasa manajemen perhotelan. Per 30 Juni 2020 pendapatan dari lini ini mencapai Rp 4,76 miliar, naik 31,56% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dalam keterbukaan informasi yang diunggah dalam Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen perseroan menjelaskan penurunan kinerja disebabkan karena performa anak usaha di bidang perhotelan, yakni PT Dafam Hotel Management sangat terdampak kebijakan PSBB yang diterapkan pemerintah pusat dan daerah.

"Selain itu, kinerja dari lini usaha properti turun karena kemampuan para perusahaan penyewa untuk membayar sewa turun tajam, serta daya beli masyarakat untuk pembelian properti juga turun tajam," kata manajemen Dafam Property dalam keterbukaan informasi, (10/8).

Menghadapi pandemi corona perseroan telah melakukan sejumlah langkah efisiensi agar bisnis tidak sampai terpuruk dalam. Beberapa langkah yang diambil antara lain pemotongan gaji sebanyak 123 karyawan, penyesuaian hari dan jam kerja operasional/shift pada 282 karyawan, serta melakukan penyesuaian atas fasilitas yang diterima karyawan.

2. PT Hotel Sahid Jaya Internasional Tbk

Sepanjang semester I 2020 PT Hotel Sahid Jaya Internasional Tbk membukukan rugi bersih sebesar Rp 22,22 miliar, meningkat 11,71% dibandingkan kerugian yang dialami perseroan sepanjang semester I 2019.

Membengkaknya kerugian disebabkan karena sepanjang paruh pertama tahun ini pendapatan perseroan turun tajam. Per 30 Juni 2020 pendapatan Hotel Sahid tercatat sebesar Rp 30,99 miliar, turun 50,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dua lini bisnis utama perseroan, yakni penyewaan kamar serta penjualan makanan dan minuman tercatat turun signifikan sepanjang semester I 2020. Pada lini penyewaan kamar, Hotel Sahid hanya membukukan pendapatan Rp 10,8 miliar, anjlok 56,53% dibandingkan semester I 2019. Sedangkan dari penjualan makanan dan minuman perseroan meraup pendapatan Rp 10,45 milliar, anjlok 57,56%.

Manajemen Hotel Sahid menjelaskan penurunan kinerja ini disebabkan karena sebagian besar fasilitas usaha tidak dioperasikan selama pandemi corona, baik fasilitas kamar maupun fasilitas Meeting, Incentive, Convention and Exhibition (MICE).

"Untuk lini bisnis makanan dan minuman, dari lima fasilitas restoran hanya satu yang beroperasi," ujar manajemen Hotel Sahid dalam keterbukaan informasi, Rabu (12/8).

Kinerja Hotel Sahid sepanjang semester I 2020 cukup terbantu dengan adanya insentif pajak dari pemerintah, sehingga pada periode ini perseroan membukukan manfaat pajak sebesar Rp 69,77 juta.

Memang jumlahnya tidak besar, namun jika tidak ada insentif ini maka perseroan harus menanggung beban yang cukup besar. Sebagai gambaran, pada semester I 2019 perseroan menanggung beban pajak sebesar 951,44 juta.

Selain itu, sepanjang semester I 2020 perseroan juga mencatatkan penurunan beban pokok penjualan sebesar 51,49% menjadi Rp 11,6 miliar. Kemudian beban usaha juga tercatat turun 27,77% menjadi Rp 36,3 miliar.

Halaman:
Reporter: Muchammad Egi Fadliansyah
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...