Dibuka menguat ke Rp 14.639/US$, Rupiah Diproyeksi Bergerak Variatif

Image title
26 Agustus 2020, 10:33
Ilustrasi, uang rupiah dan dolar AS. Nilai tukar rupiah menguat tipis 0,07% ke level Rp 14.639 per dolar pada perdagangan di pasar spot, Rabu (26/8)
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Ilustrasi, uang rupiah dan dolar AS. Nilai tukar rupiah menguat tipis 0,07% ke level Rp 14.639 per dolar pada perdagangan di pasar spot, Rabu (26/8)

Nilai tukar rupiah menguat tipis 0,07% ke level Rp 14.639 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan spot pagi ini, Rabu (26/8). Pergerakan rupiah bakal ditopang oleh sentimen positif terkait keberadaan vaksin virus corona atau Covid-19 yang diharapkan mampu mendorong percepatan pemulihan ekonomi global.

Selain rupiah, beberapa mata uang Asia lainnya juga mencatatkan penguatan terhadap dolar AS. Mengutip Bloomberg,  Yuan Tiongkok bergerak menguat 0,12% di level ¥ 6,9 per dolar AS. Kemudian, baht Thailand juga tercatat menguat 0,24% di level ฿ 31,373 per dolar AS. Sementara yen Jepang, won Korea Selatan (Korsel) dan peso Filipina tercatat melemah terhadap dolar AS masing-masing 0,09%, 0,16% dan 0,07%.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah masih diuntungkan dengan sentimen penanganan Covid-19 oleh AS, yang mengizinkan penggunaan metode baru. Selain itu banyak negara, termasuk Indonesia, sudah mendeklarasikan langkah untuk segera memproduksi vaksin virus corona yang diharapkan dapat mendorong percepatan pemulihan ekonomi global.

Selain soal vaksin Covid-19, pelaku pasar masih menunggu hasil pertemuan bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed). Pertemuan yang akan dilakukan pada 26-27 Agustus 2020 ini utamanya akan membahas soal pemulihan ekonomi AS.

"Meski demikian, pemulihan ekonomi AS kemungkinan besar masih akan berjalan lambat karena di internal Kongres AS sendiri masih ada deadlock soal stimulus tunjangan pengangguran," kata Ibrahim kepada Katadata, Rabu (26/8).

Faktor yang mungkin akan menghambat penguatan lanjutan rupiah justru datang dari dalam negeri, di mana Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah mengeluarkan pernyataan bahwa perekonomian Indonesia kemungkinan akan kembali mengalami resesi pada kuartal III 2020.

Menurut Ibrahim kemungkinan resesi ini sebenarnya sudah diantisipasi oleh pelaku pasar, mengingat konsumsi dan investasi di dalam negeri diperkirakan belum akan 100% pulih dalam waktu singkat. Meski pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan untuk mendorong konsumsi, seperti bantuan langsung tunai (BLT) atau stimulus untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), efeknya baru akan terasa pada kuartal IV 2020.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...