BI: Mayoritas UMKM Terpukul Corona, Penjualan Anjlok Lebih dari 50%

Image title
26 Juni 2020, 11:00
BI, UMKM, transaksi umkm
ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Ilusrasi. BI mencatat mayoritas UMKM mengalami penurunan transaksi rata-rata lebih dari 50%.

Bank Indonesia mencatat sebanyak 72,6% usaha mikro kecil dan menengah terdampak pandemi corona. Para pengusaha tersebut mengalami penurunan penjualan, hingga kesulitan modal dan bahan baku. 

Kepala Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia Budi Hanoto mengatakan, Covid-19 mendisrupsi kinerja UMKM. Berdasarkan sektornya, UMKM pertanian yang terpukul mencapai 41,5%, UMKM eksportir mencapai 95,4%, dan UMKM kerajinan dan pendukung pariwisata mencapai 89,9%. 

“Rata-rata penurunan omzet mereka mencapai lebih dari 50%,” kata Budi dalam webinar UMKM Gearing-Up Into New Normal bertajuk Solusi Pembiayaan, Pemasaran dan Digitalisasi, Kamis (25/6).

Padahal, UMKM memiliki peran strategis dalam menopang perekonomian nasional. BI bahkan mencatat produk domestik bruto riil yang dihasilkan sektor UMKM pada 2018 mencapai Rp 694reiliun atau tumbuh 7,3% dibanding tahun sebelumnya. Total 64,2 juta unit usaha UMKM yang ada saat ini juga dapat menyerap 116,98 juta tenaga kerja.

“UMKM ini konsisiten berkontribusi 60% terhadap PDB. 10% saja produktivitasnya ditingkatkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.

(Baca: BI Bersedia Berbagi Beban dengan Pemerintah untuk Pulihkan Ekonomi)

Untuk mengatasi kondisi saat ini, UMKM perlu meningkatkan kemampuan terutama dalam digitalisasi. Pemasaran perlu didorong melalui e-commerce, ssedangkan kebutuhan pembiyaan dapat menggunakan instrumen peer to peer lending. 

Advertisement

Sementara itu, Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki mengatakan, kondisi krisis saat ini jauh berbeda dengan saat 1998. Saat krisis yangg terjadi dua dekade lalu itu, UMKM mampu menjadi penyelamat perekonomian nasional dengan kenaikan ekspor mencapao 345%. "Sementara kini, UMKM justru ikut terpukul, baik dari sisi permintaan maupun suplai. 

Ia bahkan memperkirakan separuh UMKM bakal tumbang tanpa ada penanganan khusus dari pemerintah. Adapun saat ini, memiliki startegi yang dibagi dalam tiga point utama untuk menyelamatkan UMKM. Pertama, Pemerintah memberikan relaksasi kredit kepada UMKM dengan penundaan cicilan hingga 6 bulan, lalu penghapusan pajak, dan juga pemberian modal tambahan.

“Selain itu kami juga mendorong UMKM masuk program Jaminan Sosial,” kata dia.

Untuk mendorong permintaan, pemerintah juga terus mendorong dan berkampanye agar masyarakat menggunakan produk UMKM. Belanja pemerintah dan BUMN juga didorong untuk menggunakan produk UMKM. 

(Baca: Pergub Pelarangan Kantong Plastik Memberatkan UMKM)

Sementara itu, PT Espay Debit sebagai operator DANA menyatakan komitmennya  untuk membantu dan mendorong UMKM beralih ke ranah digital. CEO & Co-Founder DANA Vincent Iswara mengatakan, keberadaan DANA secara tidak langsung mendorong masyarakat maupun pelaku usaha untuk mendukung keberadaan QRIS.

Fitur yang dimiliki mereka memungkinkan pedagang menerima pembayaran dari e-money ataupun e-wallet. Pencairan dana pun dapat dilakukan di hari  yang sama. 

Adapun sejak pandemi Covid-19, banyak pedagang marak beralih ke digitalisasi, termasuk pemasaran dan  transaksinya. Piaknya bagkan mencatat terdapau 180 ribu pedagang baru yang bekerja sama dengan pihaknya. Sementara rata-rata transaksi setiap hari saat ini mencapai 3 juta. 

“Melalui fasilitas DANA, kami berharap UMKM dapat bertahan pada situasi yang sulit saat ini," kata dia. 

Reporter: Muchammad Egi Fadliansyah
Editor: Agustiyanti
News Alert

Dapatkan informasi terkini dan terpercaya seputar ekonomi, bisnis, data, politik, dan lain-lain, langsung lewat email Anda.

Dengan mendaftar, Anda menyetujui Kebijakan Privasi kami. Anda bisa berhenti berlangganan (Unsubscribe) newsletter kapan saja, melalui halaman kontak kami.

Artikel Terkait