IMF Beri Pinjaman Siaga Rp 73,8 Triliun ke Mesir

Agustiyanti
27 Juni 2020, 09:56
imf, neraca pembayaran, pandemi corona
ARIEF KAMALUDIN | KATADATA
Ilustrasi. IMF menyebut separuh dari total negara di dunia telah meminta bantuan pinjaman darurat untuk mengatasi krisis finansial pandemi virus corona.

Dana Moneter Internasional sepakat menyediakan pinjaman siaga atau stand by loan yang dapat ditarik dalam 12 bulan sebesar US$ 5,2 miliar atau sekitar Rp 73,8 triliun kepada Mesir. Dana ini dapat digunakan untuk mengatasi tantangan akibat Pandemi Corona, terutama terkait kebutuhan necara pembayaran dan defisit anggaran.

Dalam keterangan resmi IMF, program dukungan dana ini dapat digunakan untuk mendukung pengeluaran kesehatan dan sosial untuk melindungi kelompok rentan, serta serangkaian program reformasi struktural utama.

Rancangan program dukungan dana siaga ini mendukung upaya berkelanjutan dari pihak berwenang untuk memitigasi dampak ekonomi dan sosial dari krisis sambil menjaga stabilitas makroekonomi dan menjaga pencapaian di masa lalu," tulis IMF dalam keterangan resmi dikutip Sabtu (27/6).

 (Baca: Jokowi Teken Pepres Revisi Kedua APBN 2020, Defisit Anggaran Rp1.039 T)

Berdasarkan data Worldometers.info, jumlah kasus virus corona di Mesir mencapai 62.755. Sementara kematian akibat Covid-19 di negara tersebut mencapai 2.620 orang.

IMF sebelumnya menyebut separuh dari total negara di dunia telah meminta bantuan pinjaman darurat untuk mengatasi krisis finansial pandemi virus corona.

"Lebih dari 100 negara telah meminta bantuan pinjaman darurat," ujar Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva pada April lalu.

Advertisement

(Baca: Anggaran Penanganan Corona Melonjak, Utang Pemerintah Jadi Rp 5.258 T)

IMF saat ini memiliki kapasitas pinjaman sebesar US$ 1 triliun. Sejauh ini, sudah ada 10 negara yang telah pinjaman darurat. Sementara negara-negara lain yang sudah mengajukan akan menerima pinjaman tersebut pada akhir April.

IMF mengingatkan pemerintah berbagai negara untuk melaksanakan semua langkah kebijakan yang bisa ditempuh untuk meredam dampak pandemi corona dan meendorong bank sentral menggelontorkan uang sebanyak mungkin. "Tapi simpan kwitansinya. Kami tidak ingin akuntabilitas dan transparansi berada di belakang dalam menghadapi krisis ini," kata Georgieva.

News Alert

Dapatkan informasi terkini dan terpercaya seputar ekonomi, bisnis, data, politik, dan lain-lain, langsung lewat email Anda.

Dengan mendaftar, Anda menyetujui Kebijakan Privasi kami. Anda bisa berhenti berlangganan (Unsubscribe) newsletter kapan saja, melalui halaman kontak kami.

Artikel Terkait