Bayang-bayang Pesimisme di Balik Membaiknya Keyakinan Konsumen
Survei Bank Indonesia mengindikasikan keyakinan konsumen pada Agustus membaik dibandingkan bulan sebelumnya meski masih berada di zona pesimis. Peningkatan keyakinan konsumen didorong oleh masyarakat berpenghasilan Rp 2 hingga 4 juta.
Indeks Keyakinan Konsumen pada Agustus tercatat 86,9, sedikit membaik dari 86,2 pada bulan sebelumnya. Kendati demikian, IKK masih berada dalam zona pesimis. Zona pesimis yaitu jika IKK di bawah 100.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengungkapkan perbaikan keyakinan konsumen didorong oleh persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini. "Persepsi tersebut terus membaik ditopang oleh meningkatnya keyakinan terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan pembelian barang tahan lama," tulis Onny dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (8/9).
IKK mengalami kenaikan pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp 2 - 4 juta per bulan. Dari sisi usia, kenaikan IKK terjadi pada responden berusia 20 - 50 tahun.
Ditinjau secara spasial, keyakinan konsumen pada Agustus 2020 terpantau meningkat di delapan kota yang menjadi lingkup pelaksanaan survei. Kenaikan tertinggi terjadi di Kota Surabaya sebesar 26,5 poin, diikuti Manado sebesar 10,6 poin dan Denpasar sebesar 6,7 poin.
Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini terpantau kembali membaik dari bulan sebelumnya meski levelnya cukup rendah dan berada pada zona pesimis. Meningkatnya aktivitas ekonomi seiring pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar di berbagai kota di lndonesia ditengarai mendorong perbaikan persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi pada Agustus 2020.
Peningkatan IKK Agustus ditopang oleh membaiknya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini. Hal itu tercermin dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini yang meski masih cukup rendah dan berada pada zona pesimis, pada Agustus 2020 kembali meningkat menjadi sebesar 55,6 dari sebelumnya sebesar 50,7.
Di sisi lain, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi pada enam bulan mendatang terpantau cukup kuat meski tidak setinggi bulan sebelumnya. Tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen pada Agustus 2020 yang tercatat sebesar 118,2, lebih rendah dibandingkan 121,7 pada bulan sebelumnya.
Meski IKK membaik, Ekonom Center Of Reform on Economics Yusuf Rendy Manilet menjelaskan peningkatan keyakinan konsumen terutama terjadi pada kelompok penghasilan Rp 2 hingga 4 juta ditopang oleh sejumlah bantuan sosial pemerintah, salah satunya subsidi bagi pekerja bergaji di bawah Rp 5 juta. Sementara keyakinan konsumen pada kelompok masyarakat berpenghasilan di atas Rp 5 juta yang justru menurun dibandingkan bulan sebelumnya.
"Ini tentu bukanlah kabar yang terlalu bagus buat proses pemulihan ekonomi," kata Yusuf kepada Katadata.co.id, Selasa (8/9).
Kelompok penghasilan tersebut merupakan penyumbang terbesar konsumsi rumah tangga dengan porsi mencapai hingga 45%. Jika kepercayaan kelompok itu melambat, bisa diartikan kelompok masyarakat berpenghasilan di atas Rp 5 juta juga cenderung akan menahan laju konsumsinya.
Senada, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual menilai keyakinan konsumen yang masih berada di zona pesimis terutama disebabkan oleh belum confidence-nya konsumen pada golongan menengah atas. Mereka pun memilih menahan diri untuk berberlanja atau konsumsi, terutama karena kasus Covid-19 yang masih tinggi dan ketidakpastian global.
"Mereka ini yang membuat konsumsi rumah tangga anjlok pada kuartal dua lalu," katanya.
Pemerintah, menurut dia, perlu meningkatkan keyakinan konsumen agar kelompok masyarakat golongan ini kembali mendorong belanja. Hal ini terutama dilakukan dengan penanganan pandemi covid-19 yang baik serta ketersediaan vaksin.