Polri Tegaskan Keamanan Nakes di Papua usai Insiden Serangan KKB
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono menegaskan keamanan tenaga kesehatan (nakes) di Papua akan menjadi perhatian utama aparat TNI maupun Polri. TNI-Polri tengah berupaya mengembalikan kondisi di Papua kembali kondusif setelah insiden serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Kiwirok, Papua.
"Tentunya kami akan mengupayakan untuk mengamankan nakes. Ini menjadi perhatian TNI-Polri, sehingga pelayanan-pelayanan kesehatan di Papua bisa berjalan dengan baik," kata Rusdi, seperti dikutip dari Antara.
Rudi mengatakan Polri bersama TNI dan instansi lainnya juga telah menyiapkan rencana pengamanan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua agar berjalan aman. Aparat bahkan telah mengidentifikasi berbagai hal-hal yang kemungkinan akan mucul, termasuk gangguan KKB.
Adapun upaya pengamanan yang dilakukan TNI-Polri di antaranya, menggelar operasi kewilayahan oleh Polda Papua. Operasi difokuskan pengamanan seluruh kegiatan atau rangkaian yang berhubungan dengan pesta olahraga empat tahunan tersebut, baik pengamanan orang, barang, lokasi, maupun kegiatan.
Tiga tenaga kesehatan sempat menghilang saat berusaha menyelamatkan diri dalam baku tembak KKB di Distrik Kiwirok, Papua. Satu orang nakes berhasil diselamatkan, satu orang meninggal dunia, sedangkan satu orang lainnya belum ditemukan.
Kontak senjata antara kelompok bersenjata dan personel TNI/Polri terjadi pada hari Senin (13/9). Dari laporan yang diterima baku tembak dengan KKB itu berawal saat anggota dari Yonif 403/WP yang tergabung dalam Satgas Pengamanan Perbatasan melihat sekelompok KKB membawa senjata api, sehingga melakukan pengejaran.
Saat mengetahui mereka dikejar, KKB langsung melakukan penembakan hingga terjadi baku tembak. Kelompok ini juga membakar beberapa fasilitas umum yang ada di Kiwirok, seperti puskesmas, pasar, gedung sekolah dasar, kantor kas BPD Papua, dan rumah warga.
Kelompok Lamek Taplo diduga membawa 10 pucuk senjata api diduga milik TNI saat melakukan penyerangan. Senjata api yang dibawa itu diduga milik TNI-AD yang didapat dari reruntuhan jatuhnya helikopter MI 17 pada 28 Juni 2019 lalu, yang membawa 12 orang prajurit termasuk lima orang anggota Yonif 725/WRG.