Rembetan Krisis Energi Eropa dan Aksi Berebut Gas Menuju Musim Dingin

Agustiyanti
1 Oktober 2021, 19:36
gas, harga gas, pgn, krisis energi, krisis
Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi. Harga gas Eropa melonjak hampir 500% pada tahun lalu dan diperdagangkan mendekati rekor.

Musim dingin ini, dunia akan memperebutkan gas alam untuk menghangatkan rumah dan menghidupkan listrik industri. Perebutan ini akan terjadi di tengah upaya banyak negara untuk menghentikan penggunaan batu bara dan meningkatkan penggunaan sumber energi yang lebih bersih. Krisis energi yang terjadi akan menjadi jauh lebih buruk ketika suhu turun. 

Mengutip Bloomberg, krisis di Eropa menimbulkan masalah bagi seluruh planet ini. Kekurangan energi di benua ini membuat pemadaman listrik dan penutupan pabrik-pabrik. Hal ini terjadi di tengah upaya negara-negara eksportir energi, seperti Rusia memilih untuk menyimpan lebih banyak gas alam di dalam negeri.  

Advertisement

Persediaan di fasilitas penyimpanan Eropa berada pada level terendah secara historis untuk sepanjang tahun ini. Aliran pipa dari Rusia dan Norwegia telah dibatasi. Ini mengkhawatirkan karena cuaca yang lebih tenang telah mengurangi output dari turbin angin, sedangkan pembangkit nuklir Eropa yang sudah tua lebih rentan terhadap pemadaman. 

Kondisi ini memperlihatkan bagaimana gas semakin diperlukan. Tidak heran harga gas Eropa melonjak hampir 500% pada tahun lalu dan diperdagangkan mendekati rekor.

Lonjakan harga ini  telah memaksa beberapa produsen pupuk di Eropa untuk mengurangi produksi. Hal ini mengancam membengkaknya  biaya produksi petani dan berpotensi menambah inflasi pangan global. Di Inggris, harga energi yang tinggi telah memaksa beberapa pemasok gulung tikar

Musim dingin yang biasanya lebih dingin di Belahan Bumi Utara diperkirakan menaikkan harga gas alam lebih besar. Di Cina, pengguna industri termasuk pembuat keramik, kaca, dan semen dapat merespons dengan menaikkan harga. Rumah tangga di Brasil  juga akan menghadapi tagihan listrik yang mahal. Negara yang lebih miskin, seperti Pakistan atau Bangladesh, ekonominya bisa berhenti begitu saja. 

Para pembuat kebijakan kini hanya dapat berdoa agar suhu musim dingin lebih hangat dari biasanya karena sudah terlambat untuk meningkatkan pasokan.Kenaikan biaya energi, bersama dengan rantai pasokan yang tertekan dan harga pangan bereda pada level tertinggi dalam satu dekade terakhir. 

Kondisi ini akan membuat para pejabat bank sentral melihat kembali apakah lonjakan inflasi yang saat ini terjadi hanya bersifat sementara seperti yang mereka harapkan. Investor akan melihat secara hati-hati kebijakan yang akan ditzrbitkan hingga Desember. 

“Jika musim dingin benar-benar dingin, kekhawatiran saya adalah kami tidak akan memiliki cukup gas untuk digunakan sebagai pemanas di beberapa bagian Eropa,” ujar Amos Hochstein, penasihat senior Departemen Luar Negeri AS untuk keamanan energi kepada Bloomberg Television pada 20 September.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement