Revolusi Industri 4.0 Berpotensi Memperlebar Kesenjangan Sosial

Agustiyanti
23 Oktober 2021, 16:06
industri, revolusi industri 4.0, kesenjangan ekonomi, ketimpangan
Katadata
Ilustrasi. Mayoritas negara-negara maju serta negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami penurunan share tenaga kerja secara signifikan.

Pemerintah tengah memasuki revolusi 4.0 yang ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi, dan batas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya melalui teknologi informasi dan komunikasi. Sosiolog Universitas Negeri Jakarta Robertus Robert menyebut revolusi industri 4.0 mendatangkan ancaman melebarnya kesenjangan ekonomi. 

Ia menjelaskan,  mayoritas negara-negara maju serta negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami penurunan share tenaga kerja secara signifikan. Perubahan struktur tenaga kerja terjadi akibat hilangnya pekerjaan yang disebabkan oleh meluasnya inovasi dan teknologi.

“Hilangnya pekerjaan-pekerjaan lama disertai dengan meningkatnya kebutuhan akan tenaga kerja ahli yang tidak serta merta dapat dipenuhi oleh banyak masyarakat,” kata Robertus Rober dalamJakarta Geopolitical Forum 2021, pekan ini.

Robert mengutip Klaus Schwab yang menyebutkan bahwa pengambil keuntungan terbesar dari revolusi indutri keempat adalah para pemodal, industriawan penyedia tenaga intelektual atau modal psikis, para inovator, para penemu, dan shareholder-nya. Kondisi ini menegaskan adanya kesenjangan antara para pekerja dengan para inovator dan para pemilik kapital.

"Meluasnya ketaksetaraan sosial merupakan ancaman terbesar dari revolusi industri keempat," kata dia. 

Ia menilai segala kemajuan sains dan teknologi justru semakin menegaskan dimensi kesenjangan dan ketidakadilan dalam masyarakat. Strata dan hirarki kesenjangan antar negara makin terlihat dan menguat selama pandemi Covid-19.

"Negara-negara dengan ekonomi yang lebih miskin, sumber daya keuangan yang terbatas, dan sistem kesehatan yang rapuh, sering terjebak dilema antara menyelamatkan nyawa atau menyelamatkan ekonomi," kata diia. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...