Mendag Targetkan Ekspor Fesyen Muslim Naik 10 Kali Lipat dalam 5 Tahun
Indonesia memiliki peluang ekspor produk fesyen muslim yang belum dimanfaatkan secara optimal. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menargetkan nilai ekspor produk fesyen muslim Indonesia dapat naik 10 kali lipat dalam lima tahun ke depan.
Luthfi juga menargetkan, nilai industri fesyen muslim di Tanah Air meningkat dua kali lipat pada 2026 mendatang. Saat ini, nilai ekspor fesyen muslim Indonesia baru bernilai US$ 500 juta. (Rp 7,1 triliun), sedangkan nilai pasar fesyen muslim Indonesia bernilai US$ 16 miliar (Rp 228 triliun). Nilai tersebut membuat Indonesia berada di peringkat kelima pasar fesyen muslim terbesar di dunia.
Lutfi mengatakan, nilai ekspor produk fesyen muslim Indonesia bisa naik 10 kali lipat menjadi US$ 5 miliar (Rp 71 triliun) dalam lima tahun ke depan. Sedangkan, nilai industri fesyen muslim ditargetkan meningkat menjadi US$ 32 miliar (Rp 457 triliun).
"Itu mestinya sesuatu yang bisa kita dapatkan,” kata Lutfi dalam konferensi pers 'Kick Off Embracing Jakarta Muslim Fashion Week', Kamis (11/11).
Lutfi menjelaskan, posisi pasar fesyen muslim Indonesia saat ini masih di bawah Iran dengan total nilai industri yang mencapai US$ 53 miliar (Rp 758 triliun), Turki US$ 28 miliar (Rp 400 triliun), Arab Saudi US$ 21 miliar, (Rp 300 triliun) dan Pakistan US$ 20 miliar (Rp 286 triliun).
Lutfi sebelumnya mengatakan Indonesia siap menjadi pusat industri halal dan kiblat fesyen muslim dunia di masa yang akan datang. Apalagi, pangsa pasar produk halal di dunia semakin besar.
Warga muslim dunia berpotensi membelanjakan lebih dari US$ 2 Triliun atau sekitar Rp 28,2 ribu triliun di sektor makanan halal, produk farmasi, kosmetik, fesyen dan rekreasi halal. Oleh karena itu, sebagai bagian dari upaya untuk lebih mengenalkan produk fesyen muslim Indonesia ke dunia, Kementerian Perdagangan akan menggelar 'Embracing Jakarta Muslim Fashion Week 2021 pada 18 November di Aquatic Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.
Wakil Ketua Komite Promosi Fesyen Muslim Nasional Anne Patricia Sutanto menyampaikan pihaknya akan memulai gelaran ini bersama dengan seluruh pelaku ekosistem untuk menunjang Jakarta Muslim Fashion Week yang puncaknya digelar pada Oktober 2022 mendatang. Pihaknya menggandeng seluruh asosiasi desainer, 15 institut fesyen, dan asosiasi kosmetika.
“Kami merasa dengan kearifan lokal dan expert dari dunia akademis, desainer, dari pemangku kepentingan dari hulu ke hilir, tren fesyen muslim global harus dimulai dari Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar," kata Anne.