Krisis Cip Semikonduktor Ganggu Industri Domestik, Ini Solusi Menperin
Industri elektronika dan otomotif merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. Namun, krisis cip semikonduktor menghambat kedua industri tersebut.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, belum adanya industri semikonduktor di Indonesia menyebabkan gangguan proses produksi. Ini khususnya terjadi di sektor industri otomotif dan elektronika.
"Kita harus mulai pembangunan industri semikonduktor agar industri yang terkait memiliki ketahanan yang kuat dan tidak sepenuhnya bergantung pada dinamika dunia," kata Agus dalam Economic Outlook 2022, Selasa (23/11).
Kelangkaan komponen cip semikonduktor global antara lain telah berdampak pada PT Honda Prospect Motor (HPM). Perusahaan mengalami gangguan produksi. Namun,Bussiness Inovation and Sales & Marketing Director PT HPM Yusak Billy mengatakan, pihaknya tengah melakukan sejumlah antisipasi untuk menghadapi skenario terburuk jika krisis cip semikonduktor berlanjut.
Pemasok sudah mulai dapat me-recovery permintaan Honda secara bertahap, sehingga pihaknya dapat melakukan produksi dan mengirimkan produknya ke konsumen secepatnya juga.
Agus sebelunya memperkirakan bahwa kebutuhan cip semikonduktor akan terus meningkat. Untuk itu, menurut dia, pemerintah perlu mendorong agar cip semikonduktor dapat diproduksi di dalam negeri.
Ia pun telah melakukan sejumlah pertemuan dengan para pelaku industri di Jerman, termasuk dengan Toolcraft AG pada akhir Oktober lalu (29/10). Pemerintah mengajak perusahaan mesin tersebut mengembangkan industri semikondutor di tanah air.
"Kami juga berharap Toolcraft AG yang memiliki jaringan internasional bisa menarik klien mereka untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi komponen dari luar Jerman, khususnya untuk pasar Asia,” kata dia akhir Oktober lalu (29/10).
Sektor Industri Catat Kemajuan Signifikan
Meski menghadapi hambatan pasokan cip, Agus menyebut terdapat kemajuan pada sektor industri yang cukup signifikan pada kuartal III 2021. Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan sektor industri sebesar 4,12% sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 3,51%.
Selain itu, menurut dia, kemajuan tersebut juga ditunjukkan oleh kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional mencapai 17,33%, lebih tinggi dibanding sektor ekonomi lainnya. Kemudian, nilai investasi sektor industri pada Januari-September 2021 tercatat sebesar Rp 236,79 triliun. Lalu, purchasing manager index (PMI) manufaktur Indonesia berada di posisi 57,2 poin pada Oktober 2021.
"Ini merupakan posisi tertinggi dalam sejarah Indonesia," katanya.
Indikator lainnya, menurut Agus, yakni kontribusi ekspor sektor industri terhadap ekspor nasional. Nilai kontribusi ekspor sektor industri terus meningkat sejak tahun 2015, dengan angka berkisar 75% dari total nilai ekspor nasional.
Kontribusi ekspor sektor industri manufaktur pada 2020 justru naik menjadi sebesar US$ 131,1 miliar di tengah pandemi Covid-19.
Nilai ekspor manufaktur merepresentasikan 80,3% ekspor nasional tahun 2020. Sementara, pada Januari-Oktober 2021, ekspor manufaktur tercatat sebesar 77,16% atau senilai US$ 143,76 miliar dari total ekspor nasional yang sebesar US$ 186,31 miliar.
Dengan pencapaian tersebut, Kemenperin optimis kinerja industri pada akhir 2021 akan mendekati atau mencapai target pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebesar 4%, kontribusi industri pengolahan nonmigas sebesar 18%, dan kontribusi ekspor produk industri sebesar 75%.
"Sedangkan untuk 2022, kembalinya pertumbuhan di semua lini ekonomi membuat kami yakin, bahwa proyeksi pertumbuhan sektor manufaktur pada tahun 2022 akan naik secara signifikan," ujar dia.