Singapura Berencana Wajibkan Vaksin Booster Antisipasi Varian Omicron

Agustiyanti
15 Desember 2021, 13:55
Singapura, varian omicron, booster, vaksin booster, vaksin Covid-19
Pixabay/Graham Hobster
Ilustrasi. Singapura melaporkan 442 kasus baru dan enam kematian pada Selasa (14/2). Sebanyak 33 kasus merupakan impor atau pendatang dari luar negeri.

Pemerintah Singapura berencana mewajibkan penduduknya mendapatkan dosis penguat atau booster vaksin Covid-19 sebagai kriteria telah divaksinasi Covid-19 secara penuh. 

Negara kota berpenduduk 5,5 juta orang saat ini hanya mengizinkan mereka yang menerima vaksinasi secara penuh yakni dua dosis suntikan untuk memasuki mal atau makan di restoran. 

Mulai 1 Januari, Singapura juga akan melarang karyawan yang belum mendapatkan dosis vaksin Covid-19 lengkap untuk memasuki tempat kerja, kecuali mereka menjalani tes setiap kali akan bekerja di kantor. 

Hingga saat ini, 87% penduduk Singapura telah menerima dua dosis vaksin dan 31% telah mendapatkan booster. 

 

Variam Omicron yang telah tersebar di 77 negara menimbulkan risiko global yang sangat tinggi. Beberapa data awal membuktikan bahwa varian ini mampu menembus kekebalan yang diciptakan dua dosis vaksin Covid-19. Namun, data klinis terkait tingkat keparahan yang disebabkan varian ini masih terbatas. 

“Ini adalah sinyal yang jelas bahwa kita semua perlu menggunakan booster kita, karena dengan berkurangnya perlindungan, status vaksinasi penuh tidak dapat bertahan selamanya,” ujar Menteri Kesehatan Ong Ye Kung saat konferensi pers pengumuman rencana booster, Selasa (14/12). 

Singapura melaporkan 442 kasus baru dan enam kematian pada Selasa (14/2). Sebanyak 33 kasus merupakan impor atau pendatang dari luar negeri.

Negeri Jiran ini merupakan satu dari 77 negara yang telah melaporkan masuknya kasus varian Omicron. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan varian Omicron menyebar lebih cepat daripada varian sebelumnya. 

WHO juga menduga, varian baru Covid-19 ini telah ada di sebagian besar negara di dunia. "Omicron menyebar pada tingkat yang belum pernah kita lihat dengan varian sebelumnya," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa, Selasa (14/12) seperti dikutip dari CNBC.

Tedros juga khawatir sejumlah negara menganggap Omicron sebagai varian ringan. Padahal, menurut dia, belum jelas apakah varian ini menyebabkan penyakit yang lebih ringan atau parah daripada varian virus sebelumnya meski sudah diketahui lebih menular.

Tedros memperkirakan, Omicron sudah ada di sebagian besar negara meskipun belum terdeteksi. Ia pun khawatir sejumlah negara menganggap Omicron sebagai varian ringan. Padahal, menurut dia, belum jelas apakah varian ini menyebabkan penyakit yang lebih ringan atau parah daripada varian virus sebelumnya meski sudah diketahui lebih menular.

 

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...