Putin Perintahkan Pasukan Nuklir dalam Siaga Penuh

Agustiyanti
28 Februari 2022, 07:58
Presiden Rusia Vladimir Putin, Rusia, Perang Rusia Ukraina, Rusia Ukraina, perang
ANTARA FOTO/REUTERS/Sputnik/Alexei Druzhinin/Kremlin /AWW/sa.
Presiden Rusia Vladimir Putin saat mengambil bagian dalam panggilan konferensi video dengan anggota Dewan Keamanan di kediaman negara bagian Novo-Ogaryovo di luar Moskow, Rusia, Jumat (16/4/2021).

Presiden Rusia Vladimir Putin menempatkan pangkalan nuklir Rusia dalam siaga tinggi pada Minggu (27/2) dalam menghadapi rentetan sanksi Barat atas perangnya di Ukraina. 

Mengutip Aljazeera, Putin mengatakan bahwa aliansi militer NATO telah membuat pernyataan agresif sambil menjatuhkan sanksi keuangan yang keras terhadap Rusia maupun dirinya sendiri. 

Pada pertemuan dengan para pejabat tinggi yang muncul dalam siaran televisi Rusia, Putin memerintahkan menteri pertahanan dan kepala staf umum militer untuk menempatkan pasukan bersenjata nuklir dalam rezim khusus tugas tempur. 

Perintah tersebut menimbulkan ancaman bahwa ketegangan dapat mengarah pada penggunaan senjata nuklir. “Ini tentu eskalasi. Latihan nuklir terakhir terjadi pada 19 Februari, ketika Putin menggelar latihan yang sangat besar di seluruh Rusia untuk menguji program nuklir negara itu dan kesiapannya,”  kata koresponden Al Jazeera Moskow, Dorsa Jabbari. 

Kremlin mengatakan telah berhasil meluncurkan uji coba rudal hipersonik dan jelajah di target laut dan darat. Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, sekutu Putin, juga mengawasi latihan militer tersebut.

Amerika Serikat menanggapi pengumuman Putin dengan menuduh pemimpin Rusia itu mengarang ancaman untuk membenarkan "agresi lebih lanjut".

“Ini adalah pola yang kami lihat dari Presiden Putin selama konflik ini, yang membuat ancaman yang tidak ada untuk membenarkan agresi lebih lanjut,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki di ABC.

Duta Besar Amerika untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengecam keras langkah Putin. “Itu berarti Presiden Putin terus meningkatkan perang ini dengan cara yang sama sekali tidak dapat diterima,” kata Thomas-Greenfield dalam sebuah wawancara di CBS.

Miro Popkhadze, seorang analis di Institut Penelitian Kebijakan Luar Negeri, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pengumuman Putin dimaksudkan agar dianggap sebagai ancaman oleh Eropa. “Tujuannya adalah untuk memecah Uni Eropa dan melemahkan dukungan blok itu untuk Ukraina,” kata Popkhadze. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...