McDonalds, Starbucks, dan Coca-cola Setop Operasional di Rusia
PepsiCo, Coca-Cola, McDonald's, dan Starbucks memutuskan untuk menyetop operasional mereka di Rusia sebagai respons atas invasi negara itu ke Ukraina. Penghentian operasional dilakukan setelah menghadapi kritik dalam beberapa hari terakhir karena terus beroperasi di Rusia saat banyak perusahaan-perusahaan Amerika Serikat lainnya memutuskan hengkang.
Pepsi telah menjual produknya di Rusia selama lebih dari enam dekade, bahkan ketika perusahaan harus menukar konsentrat sodanya dengan vodka Stolichnaya dan kapal perang. Sementara McDonald's membuka lokasi pertamanya di Moskow, hanya beberapa bulan sebelum Uni Soviet runtuh.
Profesor Yale Jeffrey Sonnenfeld menyusun dan mempublikasikan daftar perusahaan AS yang telah menarik diri dari Rusia setelah invasi Presiden Vladimir Putin - dan yang tidak. Hingga Selasa sore, Coke adalah salah satu nama yang paling dikenal dalam daftar tersebut.
"Hati kami bersama orang-orang yang menanggung dampak buruk dari peristiwa tragis di Ukraina ini," kata Coke dalam pernyataannya pada Selasa (8/3), seperti dikutip dari CNBC.
Rusia mewakili salah satu dari sedikit wilayah di seluruh dunia di mana saingan Coke, PepsiCo, memiliki pangsa yang lebih besar. Dalam pengajuan peraturan, Coke mengatakan bisnisnya di Ukraina dan Rusia menyumbang sekitar 1% hingga 2% dari pendapatan operasional bersih konsolidasi dan pendapatan operasional pada 2021.
Pepsi, di sisi lain, menghasilkan sekitar 4% dari pendapatan tahunannya di Rusia meskipun tidak menghentikan semua bisnis di negara itu. Perusahaan mengatakan akan terus menjual beberapa produk penting, seperti susu formula, susu dan makanan bayi.
Namun, perusahaan akan menangguhkan penjualan Rusia merek Pepsi-Cola, 7UP dan Mirinda, bersama dengan investasi modal dan semua kegiatan iklan dan promosi. “Sebagai perusahaan makanan dan minuman, sekarang lebih dari sebelumnya kami harus tetap setia pada aspek kemanusiaan dari bisnis kami,” ujar CEO Pepsi Ramon Laguarta dalam memo kepada karyawan yang dilihat oleh CNBC.
The Wall Street Journal melaporkan sebelumnya pada Selasa (8/3) bahwa Pepsi sedang mempertimbangkan berbagai opsi untuk bisnisnya di Rusia. Sanksi ekonomi telah sangat memperumit proses pembongkaran aset perusahaan di Rusia.
Sejak invasi Rusia ke Krimea pada 2014, banyak perusahaan AS telah berupaya mengurangi eksposur mereka di Rusia dan Ukraina. Beberapa jaringan restoran, seperti McDonald's telah menjual beberapa lokasi milik perusahaan mereka kepada pewaralaba lokal.
McDonald's mengumumkan pada Selasa (8/3) akan menutup sementara seluruh atau 850 restoran miliknya di Rusia. Sekitar 84% lokasi McDonald's Rusia dimiliki oleh perusahaan, sedangkan sisanya dioperasikan oleh pemegang waralaba. Memiliki lebih banyak restoran berarti pendapatan yang lebih besar bagi perusahaan, tetapi risiko yang lebih besar pada saat terjadi gejolak atau penurunan ekonomi.
Starbucks melangkah lebih jauh dari McDonald's, dengan mengatakan akan menangguhkan semua aktivitas bisnis Rusia, termasuk pengiriman produknya. CEO Starbucks Kevin Johnson mengutuk serangan itu dalam sebuah surat pada Jumat (4/3).
Dari dua perusahaan restoran, McDonald's memiliki kehadiran yang lebih besar di negara ini dan menerima persentase pendapatan global yang lebih tinggi dari penjualan tersebut.