Proses Kendi Nusantara di IKN Disebut Klenik, Ini Respons Istana
Presiden Joko Widodo menggelar prosesi Kendi Nusantara di Ibu Kota Negara (IKN) sebagai simbol dimulainya pembangunan ibu kota baru. Namun, prosesi tersebut dinilai sebagai ritual klenik oleh pengamat hingga warganet.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI Wandy Tuturoong mengatakan, kegiatan simbolik seperti prosesi Kendi Nusantara sudah lazim digelar. "Kegiatan simbolik seperti itu ada di mana-mana dalam budaya kita," kata Wandy dalam pesan singkat, Senin (14/3).
Ia tak menampik simbol tersebut bisa dimaknai bermacam-macam. Namun, pemerintah menggelar prosesi tersebut dengan niat dan tujuan yang baik.
Wandy pun memastikan, prosesi simbolik sudah berlangsung sejak lama di Indonesia. Ia menyamakannya dengan seorang mahasiswa yang lulus biasa mengikuti prosesi wisuda dengan mengenakan baju toga.
"Dan itu baik-baik saja. Jadi kita perlu punya dugaan baik dan menghilangkan prasangka buruk," ujar dia.
Terpisah, pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun mengatakan prosesi tersebut tidak diperlukan. "Itu mengada-ada, dipaksakan," kata dia saat dihubungi.
Menurutnya, prosesi penyatuan air dan tanah semacam itu bisa dikategorikan sebagai politik klenik dalam terminologi sosiologi budaya dan sosiologi politik. Ini artinya, suatu praktik politik mengimplementasikan kemauan penguasa berdasar imajinasi irasionalitasnya yang meyakini nilai mistis.
"Membawa tanah dan air dari seluruh provinsi itu pikiran klenik. Mempercayai benda yang mengandung hal-hal ghaib tertentu," ujarnya.
Sebelumnya, Jokowi melakukan prosesi penyatuan tanah dan air Nusantara di Titik Nol Kilometer IKN, Penajam Paser Utara. Adapun, tanah dan air tersebut sebelumnya telah dibawa oleh 34 gubernur dari masing-masing provinsi.
Air dan tanah itu diambil dari titik lokasi yang sesuai dengan kearifan lokal dan budaya masing-masing. Setiap gubernur diminta membawakan seliter air dan dua kilogram tanah. Selanjutnya, Jokowi menyatukan air dan tanah dari 34 provinsi ke dalam bejana atau Kendi Nusantara.
Sebelum memulai prosesi, Jokowi disambut oleh Sultan Kutai Kertanegara ing Martapura yang ke-XII Adji Muhammad Arifin. Kepala Negara pun melakukan adat tepung tawar untuk melindungi dan membersihkan serta permohonan dijauhkan dari marabahaya.
Selanjutnya, prosesi diawali dengan penyerahan tanah dan air dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Anies membawakan air dan tanah yang berasal dari Kampung Akuarium, Jakarta Utara.
Prosesi dilanjutkan dengan penyerahan air dan tanah oleh 33 kepala daerah lainnya kepada Jokowi.