Gajah Tunggal akan Produksi Ban Khusus Kendaraan Listrik
PT Gajah Tunggal Tbk sedang mengembangkan ban khusus kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV). Emiten industri ban berkode GJTL ini optimistis dapat menyelesaikan pengembangan dan mulai memproduksi ban EV sebelum 2025.
EVP Corporate Finance GJTL Raymond Feddes mengatakan, pihaknya tak membutuhkan investasi tambahan untuk memproduksi Ban EV. Pihaknyasedang mencari pengaturan dan komposisi bahan baku optimal untuk memproduksi ban EV.
"Kami tidak menciptakan sesuatu yang sangat baru, pada akhirnya ban EV adalah ban, tapi dengan spesifikasi yang berbeda. Dengan demikian, waktu pengemabngan bisa dipercepat secara umum," kata Raymond dalam paparan publik, Kamis (28/7).
Raymond mengatakan, ada beberapa spesifikasi yang harus dimiliki ban EV, antara lain memiliki berat massa yang lebih ringan. Namun demikian, indeks traksi antara ban dan jalan yang dimiliki ban EV harus tinggi.
Kedua hal tersebut, menurut dia, dibutuhkan karena bobot EV lebih besar dari kendaraan konvensional akibat baterai. Dengan demikian, ban EV harus lebih ringan agar EV dapat memiliki kecepatan yang sama dengan kendaraan konvensional.
Menurut Raymond, tantangan pengembangan ban EV saat ini sebenarnya adalah infrastruktur dari EV di dalam negeri, terutama terkait ketersediaan stasiun pengisian daya.
Direktur GJTL Hui Chee Teck mengatakan, jumlah SPKLU di dalam negeri tersebut masih sangat minim. Padahal, jumlah SPKLU sangat penting bagi ekosistem EV.
"Bayangkan kalau pengisian daya mobil dan motor elektrik di rumah secara serentak, akan menjadi situasi yang menantang," kata Chee Teck.
Adapun hingga Juni 2022, PLN telah mengoperasikan 139 stasiun pengisian kendaraan listrik umum atau SPKLU yang tersebar di seluruh Indonesia.
Jumlah ini untuk mengakomodasi kendaraan listrik berbasis baterai yang diprediksi dapat mencapai 5.879 unit.
Namun demikian, mayoritas atau 101 unit berada di DKI Jakarta.
Peremajaan Mesin
Di sisi lain, perusahaan pada tahun ini telah mempersiapkan belanja modal sebesar US$ 40 juta yang digunakan untuk peremajaan dan perawatan mesin. Hingga semester pertama tahun ini, belanja modal tersebut telah digunakan sebesar US$ 30 juta.
"Mesin-mesin produksi kami sebagian besar adalah mesin tua, sudah lebih dari 20 tahun. Itu perlu kami lakukan peremajaan," kata Direktur GJTL Kisyuwono.
Lantaran mengeluarkan belanja modal yang besar di tahun ini, perusahaan pun memutuskan tak membagikan dividen atas kinerja laba tahun lalu.
Adapun perusahaan juga mengakuisisi satu lini produksi dengan kapasitas 2.000 unit ban per hari dari anak usahanya yang dibubarkan, PT IRC Gajah Tunggal Manufacturing Indonesia. Sumber dana pembelian lini produksi tersebut dari modal kerja GJTL sebesar US$ 15 juta.
IRC Gajah Tunggal merupakan usaha patungan antara Gajah Tunggal dan Inoue Rubber Co.Ltd. Usaha patungan tersebut resmi dibubarkan pada 29 Juni 2022.
Kisyuwono menilai akuisisi lini produksi baru tersebut tidak berdampak besar pada kapasitas terpasang GJTL. Ini karena GJTL memiliki kapasitas terpasang sebesar 70.000 unit ban per hari atau lebih dari 50 juta unit ban per tahun.
Di sisi lain, menurut dia, akuisisi tersebut justru berkontribusi pada kerugian yang dibukukan GJTL pada semester I-2022 yang mencapai Rp 64 miliar