Konglomerat Rusia Sebut Negaranya Berpotensi Kehabisan Uang pada 2024

Pengusaha Rusia Oleg Deripaskan menyebut kemungkinan negaranya akan kehabisan uang pada tahun depan dan mulai dibutuhkannya investasi asing. Miliarder yang memiliki bisnis alumunium ini telah menyerukan agar Moskow mengakhiri perang dengan Ukraina pada masa-masa awal konflik tahun lalu.
"Tidak akan ada uang tahun depan, kami akan membutuhkan investor asing," katanya pada konferensi ekonomi di Siberia dilaporkan oleh TASS, kantor berita milik negara Rusia pada Kamis (5/3), seperti dikutip dari CNN.
Pernyataan Deripaskan kontras dengan penilaian yang lebih optimistis atas kekayaan ekonomi Rusia oleh Presiden Vladimir Putin minggu lalu. Putin memuji ketahanan ekonomi negaranya dalam menghadapi sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak tahun lalu.
Menurut perkiraan pemerintah Rusia, ekonomi Moskow turun 2,1% pada tahun lalu. Kontraksi ini lebih terbatas dibandingkan perkiraan banyak ekonom pada awalnya.
Di sisi lain, Rusia juga meraih keuntungan besar dari perang dengan Ukraina. Neraca transaksi berjalan Rusia sepanjang tahun lalu mencapai US$ 227,4 miliar atau setara Rp 3.545 triliun dengan asumsi kurs JISDOR akhir 2022 Rp 15.592 per dolar AS.
Surplus neraca transaksi berjalan Rusia sepanjang tahun lalu melonjak 86% dibandingkan 2021 dan mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Lonjakan surplus transaksi berjalan ini didorong oleh anjloknya impor dan melonjaknya ekspor minyak dan gas yang mendorong aliran modal asing tetap masuk meski negara ini tengah diisolasi oleh kelompok negara Barat.
Meski demikian, kondisi mulai berubah. Rusia memangkas produksi minyak bulan ini dan sanksi Barat dapat meningkat lebih jauh.
"Investor asing, terutama dari negara-negara “ramah”, juga memiliki peran besar," kata Derispaskan.
Namun, menurut dia, kedatangan para investor akan bergantung pada apakah Rusia dapat menciptakan kondisi yang tepat dan membuat pasarnya menarik.
Adapun negara-negara Barat telah mengumumkan lebih dari 11.300 anksi sejak invasi Februari 2022, dan membekukan sekitar US $300 miliar cadangan devisa Rusia. Ini semua adalah upaya membuat Rusia kekurangan dana untuk agresinya
Namun, Cina membuat ekonomi Kremlin tetap hidup dengan membeli komoditas energi Rusia, menggantikan pemasok mesin dan logam dasar Barat di antara produk-produk lain, dan memberikan alternatif untuk dolar AS.
Meski demikian, Moskow memiliki bukit terjal yang harus didaki untuk menggantikan pendapatan yang hilang akibat sanksi, tidak terkecuali dari ekspor. Data yang dirilis Jumat menunjukkan bahwa nilai impor Uni Eropa dari Rusia turun sebesar 51% antara Februari dan Desember tahun lalu. Blok tersebut adalah salah satu mitra dagang utama Rusia sebelum invasi ke Ukraina. Sebanyak 38% ekspor Rusia masuk ke Uni Eropa pada tahun 2020.
Pendapatan pemerintah Rusia anjlok 35% pada Januari dibandingkan dengan tahun lalu, sementara pengeluaran melonjak 59%, menyebabkan defisit anggaran sekitar 1.761 miliar rubel atau US$23,3 miliar.
Deripaska adalah pengusaha dengan bisnis aluminium dengan kekayaan di bawah US$ 3 miliar. Bisnisnya diperoleh dari perebutan aset setelah runtuhnya Uni Soviet. Pada 2018, dia diberi sanksi oleh Amerika Serikat, yang menegaskan bahwa oligarki "tidak memisahkan dirinya dari negara Rusia". Ia juga didakwa karena diduga melanggar sanksi AS pada tahun lalu.