Layanan Video Streaming Hooq Tutup per 30 April, Ini Alasannya
Startup penyedia layanan video on demand Hooq bakal menutup layanannya per 30 April mendatang. Setelah melakukan pengajuan likuidasi akhir Maret lalu, perusahaan asal Singapura itu mengatakan bahwa platformnya tak lagi mengenakan biaya bagi pelanggan yang sudah ada maupun mengaktivasi pelanggan baru.
Country Head Hooq Indonesia Guntur Siboro mengatakan, keputusan likuidasi adalah keputusan para pemegang saham perusahaan. "Dugaan saya, karena pemegang saham ingin konsentrasi pada core business-nya dalam situasi sulit seperti saat ini," ujar Guntur kepada Katadata.co.id, Rabu (29/4).
Hooq sebelumnya dikabarkan melakukan likuidasi karena belum mampu tumbuh secara memadai untuk memberikan pengembalian modal maupun menutupi biaya operasional.
Guntur mengatakan bahwa likuidator telah menyelenggarakan rapat pemegang saham dan kreditur pada awal April lalu yang membahas kelanjutan bisnis Hooq.
(Baca: iFlix & Hooq Goyah saat Bisnis Video Streaming Panen Trafik, Mengapa?)
Hooq merupakan perusahaan patungan antara Singapore Telecommunications Ltd (Singtel), Sony Pictures Television, dan Warner Bros Entertainment, yang didirikan pada 2015. Singtel memiliki 76,5% saham efektif tidak langsung di Hooq.
Perusahaan rintisan itu dinilai gagal menghasilkan keuntungan besar, karena persaingan yang ketat. Salah satu pesaing Hooq yakni Netflix Inc.