Sri Mulyani Beberkan Sulitnya Mempensiunkan Dini PLTU Batu Bara di RI

Abdul Azis Said
9 Desember 2021, 10:38
Menteri Keuangan Sri Mulyani, PLTU, PLTU batu bara, mempensiunkan PLTU, energi bersih, transisi energi bersih
Youtube/Komisi XI DPR
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui langkah untuk mempensiunkan batu bara tidak mudah mengingat mayoritas pasokan listrik di Indonesia berasal dari pembangkit kurang ramah lingkungan tersebut.

Pemerintah membutuhkan anggaran jumbo untuk mendukung transisi energi di Indonesia, terutama guna mempensiunkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut, rencana ini memakan anggaran jumbo karena pemerintah harus mengkompensasi kontrak penjualan yang terlanjur disepakati antara pemilik PLTU batu bara kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

"Misal kontraknya dengan PLN 30 tahun, kemudian kita minta kontraknya diturunkan jadi 15 tahun. Pengusaha itu tentu bisa saja melakukannya, tapi mereka akan meminta kompensasi atas sisa 15 tahun kontrak yang hilang itu. Jadi saya harus punya uang untuk mengkompensasi itu, siapa yang bayar?," ujar Sri Mulyani saat hadir dalam podcast milik Gita Wirjawan, Rabu (8/12).

Dia menjelaskan, biaya pensiun dini PLTU batu bara tidak sebatas menghentikan operasional pembangkit. Pemerintah juga harus mencari pengganti atas pasokan energi yang hilang dari pensiun dini tersebut.

Sebelumnya, Sri Mulyani pernah menyebutkan bahwa pemerintah telah mengidentifikasi 5,5 GW PLTU batu bara yang dapat dipensiunkan. Namun untuk merealisasikannya, menurut dia, dibutuhkan anggaran mencapai US$ 30 miliar atau Rp 428,4 triliun (kurs Rp 14.280 per US$)

Ia mengakui langkah untuk mempensiunkan batu bara tidak mudah mengingat mayoritas pasokan listrik di Indonesia berasal dari pembangkit kurang ramah lingkungan tersebut. Data Kementerian ESDM menunjukkan 50% dari kapasitas daya listrik Indonesia bersumber dari PLTU.

"Indonesia kan tidak bisa bilang batu bara tiba-tiba tutup terus tidak ada gantinya, karena sebagian besar dari energi kita itu dari batu bara," kata dia.

Selain harus mempersiapkan penggantinya, menurut Sri Mulyani, permintaan terhadap listrik berpotensi semakin besar di masa mendatang seiring perekonomian Indonesia yang terus berkembang. Hal ini membuat proses transisi energi tidak hanya terbatas pada menggantikan kapasitas PLTU saat ini, tetapi juga membangun energi terbarukan dengan kapasitas lebih besar.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...