Bappenas: Kualitas SDM Indonesia Masih Ketinggalan Jauh dari Vietnam
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, Indeks Modal Manusia atau Human Capital Index (HCI) Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain. Tak hanya dibandingkan dengan negara maju, Indonesia bahkan tertinggal jauh dari negara-negara ASEAN, seperti Vietnam.
"Human capital index kita masih jauh dari negara Asia lainnya, tak usah dari Singapura, dari Vietnam yang setara dengan kita saja kita kalah," ujarnya dalam forum merdeka barat 9 di kantornya, Jakarta, Rabu (14/8).
Ia menjelaskan, indeks modal manusia Indonesia sebesar 0,53 atau berada pada peringkat 87 dari 157 negara. Berdasarkan capaian pendidikan dan status kesehatan saat ini, anak-anak Indonesia yang lahir saat ini pada 18 tahun kemudian diperkirakan hanya dapat mencapai 53% dari potensi produktivitas maksimumnya.
(Baca: Hadapi Perang Dagang, Saatnya Indonesia Mengejar Vietnam)
Adapun berdasarkan data Bank Dunia (World Bank), indeks modal manusia Vietnam yaitu 0,67 atau berada pada peringkat 48. Secara rinci, Singapura dengan skor 0,88 berada pada peringkat 1, Malaysia dengan skor 0,67 berada pada peringkat 55, kemudian Thailand dengan skor 0,60 pada peringkat 65 dan Filipina dengan nilai 0,55 pada peringkat 84.
Sementara, Kamboja berada pada peringkat 100 dengan nilai 0,49, Myanmar peringkat 107 dengan nilai 0,47 dan Laos pada peringkat 111 dengan nilai 0,45.
Melihat kondisi itu, Bambang khawatir Indonesia akan kalah bersaing dengan Vietnam. "Kalau melihat kondisi saat ini, manusia Vietnam lebih produktif dari Indonesia. Kalau kita bicara persaingan, misalnya produksi industri manufaktur yang sama kita kalah saing, karena produktivitas mereka lebih tinggi," ucap dia.
(Baca: Tiga Menteri Ekonomi Pesimistis Target Pertumbuhan 2019 Tercapai)
Oleh karena itu, menurut dia, perlu disiapkan langkah yang tepat supaya indeks modal manusia tersebut bisa naik agar anak-anak yang lahir nanti bisa lebih produktif. Salah satunya, dengan menggenjot Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.
Ke depan, menurut Bambang, pemerintah ingin membangun SDM sejak seribu hari pertama atau tiga bulan dilahirkan. "Saya setuju sekali bahwa investasi pada manusia harus dimulai sejak lahir. Kita akan perhatikan sektor kesehatan, agar bisa terdidik baik dan produktivitasnya tinggi. Kita akan investasi di seribu pertama hari kehidupan, dalam tiga bulan pertama atau saat batita," katanya.
Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa bantuan sosial pemerintah akan diberikan secara lebih tepat sasaran. Cara tersebut yakni dengan pendekatan digitalisasi dan pendekatan nontunai.