Bank Dunia: Resesi Ekonomi akibat Corona Terburuk Sejak Perang Dunia 2

Agustiyanti
9 Juni 2020, 06:00
bank dunia, resesi ekonomi, pandemi corona, covid-19, perang dunia dua, depresi ekonomi, perang dunia 2, perang dunia II, pertumbuhan ekonomi global, ekonomi global resesi
ANTARA FOTO/REUTERS/Eric Gaillard/hp/cf
Ilustrasi. Bank Dunia memperkirakan resesi ekonomi akibat pandemi corona tak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi juga negara emerging dan berkembang.

Bank Dunia memproyeksi ekonomi global pada tahun ini negatif hingga mencapai 5,2% akibat pandemi corona, resesi terdalam sejak perang dunia kedua. Ramalan ini berbanding terbalik dibandingkan outlook yang dirilis Bank Dunia pada Januari 2020 yang memproyeksi ekonomi global tahun ini tumbuh 2,5%.

Virus corona ditemukan pertama kali menyebar di Wuhan, Tiongkok pada akhir tahun lalu. Pandemi ini kemudian dengan cepat menjangkiti berbagai belahan dunia dan menciptakan lonjakan kasus di sejumlah negara sejak Februari 2020.

Lebih dari 200 negara dan teritori di seluruh dunia kini terjangkit Covid-19 dengan total kasus mencapai 7,1 juta dan kematian lebih dari 406 ribu orang. Detail 10 negara dengan kasus terbanyak dapat dilihat dalam databoks di bawah ini. 

Presiden Bank Dunia David Malpass menjelaskan pandemi Covid-19 dan penutupan ekonomi di berbagai negara telah membahayakan kemajuan pembangunan selama beberapa dekade terakhir. Berdasarkan proyeksi dasar bank dunia, ekonomi global diperkirakan minus 5,2% pada tahun depan. 

"Ekonomi global menderita pukulan yang menghancurkan. Proyeksi dasar kami, ini bahkan menciptakan resesi terdalam sejak perang dunia kedua," ujar Malpass dalam Laporan Global Economic Prospects Juni 2020 yang dirilis Senin (8/6).

(Baca: Lima Negara Maju yang Terancam Resesi Ekonomi Akibat Pandemi Corona)

Bank Dunia memperkirakan penyusutan ekonomi tak hanya terjadi di negara-negara maju. Pendapatan per kapita sebagian besar negara emerging dan berkembang juga diramal menyusut pada tahun ini.

Ekonomi negara maju diperkirakan terkontraksi hingga 7%. Kontraksi paling dalam akan terjadi di Jepang mencapai 9,1%, disusul Amerika Serikat minus 7%, dan Uni Eropa minus 6,1%. Namun pada tahun depan, ekonomi negara maju diperkirakan tumbuh 3,9%. Ekonomi Uni Eropa akan tumbuh 4,5%, AS sebesar 4%, dan Jepang tumbuh 2,5%.

Sementara ekonomi negara emerging dan berkembang tahun ini akan minus 2,5%. Ekonomi Tiongkok masih tumbuh tetapi hanya 1%, tetapi India minus 3,2% dan Brasil minus hingga 8%.

Kendati demikian, ekonomi negara emerging dan berkembang diramal akan kembali tumbuh 4,6% pada tahun depan. Ekonomi Tiongkok diramal tumbuh 6,6%, India 3,1%, dan Brasil 2,2%.

The Economist Intelligence Unit (EIU) sebelumnya juga memprediksi 20 negara dengan ekonomi terbesar dunia atau G20 akan mengalami resesi pada 2020, seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...