Sri Mulyani Bantah RI Sudah Resesi, Ekonomi Kuartal III Bisa Tumbuh 0%
Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2020 terkontraksi sebesar 5,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau 4,19% dibandingkan kuartal sebelumnya. Realisasi ini lebih buruk dibandingkan kuartal sebelumnya yang tercatat tumbuh 2,97% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tetapi negatif 2,41% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Meski sudah mengalami pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut dilihat secara kuartalan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan Indonesia belum memasuki fase resesi secara teknis. "Resesi itu dilihat jika pertumbuhan negatif dua kuartal berturut secara tahunan," kata Sri Mulyani dalam konferensi virtual, Rabu (5/8).
Kuartal ketiga akan menjadi penentu apakah Indonesia memasuki jurang resesi. Kontraksi yang cukup dalam dikhawatirkan memicu kinerja kuartal III lebih buruk dari yang diprediksi sebelumnya. Namu, ia memastikan pemerintah akan bekerja dengan keras pada kuartal III agar pertumbuhan negatif tak kembali terjado.
Sri Mulyani pun berharap dunia usaha dan para pembuat kebijakan bisa turut berpartisipasi memulihkan ekonomi dari Covid-19. "Jangan sampai di kuartal III dan IV negatif, harus dihindarkan," ujarnya.
Pemerintah akan memacu belanja pada kuartal III dan IV. Saat ini, pihaknya telah mendorong kementerian/lembaga yang belum menyelesaikan dokumen anggaran.
Sri Mulyani juga akan menambah bantuan sosial produktif dengan anggaran hingga Rp 30 triliun. Bantuan itu ditujukan kepada 12 juta pelaku UMKM. Pemerintah bahkan tengah menyiapkan bantuan tunai kepada pekerja dengan gaji di bawah Rp 5 juta. Bantuan akan diberikan kepada 13 juta pekerja dengan anggaran mencapai Rp 31,2 triliun.
Adapula tambahan bansos kepada 10 juta penerima program keluarga harapan berupa pemberian beras 15 kilogram yang sedang disiapkan. Anggaran yang dialokasikan mencapai Rp 4,6 triliun.
Tak hanya itu, ada juga tambahan bantuan sosial tunai Rp 500 ribu per penerima kartu sembako dengan alokasi Rp 5 triliun. "Ini akan dibayarkan pada Agustus," katanya.
Dengan langkah tersebut, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu berharap perekonomian kuartal III bisa 0%. Sementara untuk kuartal IV bisa meningkat mendekati 3%.
Jika target tersebut tercapai, diharapkan perekonomian tahun 2020 bisa tetap di zona positif. "Sekitar 0%-1%,"ujar dia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan kontraksi ekonomi RI tak sedalam negara lainnya. Pasalnya, Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Italia, hingga Singapura mengalami kontraksi yang lebih dalam dari Indonesia pada triwulan II 2020.
"Dampak krisis kesehatan memberikan efek domino terhadap aspek sosial, ekonomi, serta keuangan seiring dengan pembatasan aktivitas masyarakat dalam rangka membatasi penyebaran wabah,” kata Airlangga dalam kesempatan yang berbeda.
Kendati demikian, ia optimis laju perekonomian pada dua kuartal selanjutnya akan membaik. Hal ini terlihat dari sejumlah indikator seperti penjualan ritel, indeks keyakinan konsumen, dan dunia usaha.
Setelah mengalami kontraksi pada kuartal II, pemerintah akan melakukan langkah extraordinary untuk mendorong ekonomi. Langkah tersebut perlu diambil agar Indonesia terhindar dari resesi. “Pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha termasuk BUMN harus ikut berpartisipasi,” ujarnya.
Sementara itu, Ekonom Universitas Indonesia menilai pemerintah tak perlu memaksakan diri agar Indonesia terhindar dari resesi ekonomi. Jika dipaksakan, resesi berpotensi lebih panjang sehingga menelan ongkos ekonomi dan sosial kian besar.
Ia memperkirakan kontraksi ekonomi akan berlanjut pada kuartal ketiga mendatang, meski tak sedalam kontraksi pada April-Juni 2020. Apalagi, pandemi Covid-19 di Indonesia belum kunjung mencapai puncak kurva.
"Besar kemungkinan kontraksi ekonomi bakal berlanjut pada kuartal mendatang walaupun tak sedalam kuartal kedua. Jika demikian, berarti dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi, sehingga Indonesia bakal memasuk resesi," tulis Faisal dalam situs pribadinya, Rabu (5/88).