Hasil Riset: "Cetak Uang" Belum Pengaruhi Inflasi & Mata Uang di Asia

Image title
10 Agustus 2020, 19:23
ubs, kekhawtiran investor, menetisasi utang, bank sentral cetak uang, pandemi corona
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pras.
Ilustrasi. UBS yakin bahwa masih terlalu dini bagi investor untuk mengkhawatirkan dampak ekspansi likuiditas pada inflasi atau melemahnya mata uang.

Riset yang dilakukan salah satu bank global, UBS menyebut kekhawatiran investor terhadap dampak monetisasi utang yang dilakukan bank-bank sentral di Asia terlalu berlebihan. Dampak yang dimaksud terhadap inflasi dan nilai tukar mata uang negara-negara yang menjalankan kebijakan pelonggaran likuiditas atau istilah awamnya adalah cetak uang tersebut. 

Tim riset UBS mengungkapkan, meski tidak mengabaikan risiko dari penyediaan likuiditas, kekhawatiran investor dinilai terlalu berlebihan. "Kekhawatiran inflasi dan kelemahan mata uang akibat kebijakan dukungan bank sentral di Asia untuk pembiayaan defisit pemerintah, sudah berlebihan untuk saat ini," seperti dikutip dari riset.

Advertisement

UBS yakin bahwa masih terlalu dini  bagi investor untuk mengkhawatirkan  dampak ekspansi likuiditas pada inflasi atau melemahnya mata uang. Pasalnya, ekspansi likuiditas domestik secara keseluruhan, belum terlalu cepat di seluruh kawasan Asia.

Selain itu, nilai tukar juga dinilai tidak akan melemah dengan ekspansi likuiditas besar-besaran di Asia. Pasalnya, bank sentral  di seluruh dunia,  termasuk The Federal Reserve melakukan langkah serupa. 

Pertumbuhan kredit swasta juga masih tertekan dan cadangan valuta asing yang meningkat, menunjukkan pembelian bank atas surat utang pemerintah, membantu memenuhi permintaan likuiditas lokal daripada memfasilitasi arus modal keluar

 Permintaan akan penempatan aset likuid, selalu meningkat sejalan dengan ketidakpastian ekonomi. Hal itu terlihat dari naiknya pertumbuhan deposito di industri perbankan.

"Tujuh dari sepuluh negara Asia mencatat pertumbuhan jumlah uang beredar dan deposito pada akhir kuartal kedua, di atas rata-rata satu dekade terakhir," seperti dikutip dari riset UBS.

Peningkatan simpanan uang dalam jumlah besar untuk memenuhi permintaan likuiditas, membutuhkan perubahan yang akomodatif dalam neraca sistem perbankan. Risiko kualitas aset di negara Asia Selatan, dinilai membatasi ekspansi melalui kredit ke sektor swasta.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement