Sri Mulyani Sebut Memulihkan Ekonomi pada Kuartal III Sangat Berat
Perekonomian Indonesia pada kartal II terkontraksi cukup dalam yakni negatif hingga 5,32%. Menteri Keuangan Sri Mulyani pun menilai upaya untuk memulihkan perekonomian pada kuartal III 2020 tidak mudah.
Kondisi perekonomian pada Juli-September 2020 akan menjadi penentu apakah perekonomian Indonesia masuk atau selamat dari jurang resesi. Perekonomian dikatakan mengalami resesi jika mencatat ekonomi negatif secara tahunan selama dua kurtal berturut-turut.
"Kita sudah mengalami di kuartal kedua -5,32%, jadi kalau ingin kuartal ketiga tidak negatif, maka seluruh kontribusi dari pertumbuhan ekonomi harus diupayakan bisa pulih kembali. Ini memang berat sekali," ujar Sri Mulyani dalam siaran langsung di TVRI, Senin (17/8).
Kendati demikian, Sri Mulyani menilai pemulihan ekonomi di kuartal ketiga 2020 dapat berhasil dengan mendorong konsumsi dan investasi. "Karena keduanya ini bisa menyumbangkan hampir mendekati 90% dari seluruh ekonomi kita," kata Sri Mulyani dalam
Atas dasar itu, pemerintah akan menggunakan anggaran yang telah dialokasikan untuk dapat mengembalikan daya beli masyarakat. Konsumsi masyarakat diharapkan dapat kembali meningkat.
Anggaran tersebut juga akan digunakan untuk mengembalikan kepercayaan dari dunia usaha dan perbankan. "Sehingga kredit bisa berjalan kembali, usaha bisa mulai berjalan lagi," ujarnya.
Untuk membantu pemuluhan ekonomi di daerah, pemerintah daerah pun dapat mengajukan pinjaman dana pada pemerintah pusat. Saat ini, sudah ada beberapa pemerintah daerah yang meminjam dana kepada pemerintah pusat pada saat ini, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Sulawesi Utara, dan Bali.
"Ini semuanya akan kami upayakan agar daerah bisa menjadi motor penggerak ekonomi," katanya.
Lebih lanjut, pemerintah juga telah memberikan penjaminan untuk penyaluran kredit modal kerja kepada korporasi terdampak pandemi virus corona Covid-19. Penjaminan kredit diberikan bekerja sama dengan 15 bank BUMN dan swasta.
Sri Mulyani mengatakan, penjaminan dilakukan agar bank tidak khawatir dalam meminjamkan uangnya kepada korporasi yang terdampak pandemi corona. "Ini semuanya dilakukan pemerintah melalui policy-policy agar dunia usaha, sektor investasi, dan kegiatan ekonomi masyarakat, serta kegiatan konsumsi masyarakat bisa kembali pulih," kata dia.
Pemerintah juga memberikan sejumlah stimulus bagi UMKM yang terdampak corona, mulai dari pengurangan bunga utang, penundaan cicilan, hingga bantuan modal kerja produktif. Stimulus ini diberikan lantaran UMKM merupakan pilar penting dalam mendorong ekonomi dan menciptakan lapangan kerja yang cukup besar.
Di sisi lain, pemerintah juga akan berfokus dalam menangani corona. Alasannya, wabah tersebut merupakan akar masalah yang memengaruhi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.
Saat ini, pemerintah sudah mengalokasikan anggaran mencapai lebih dari Rp 87 triliun untuk penanganan corona. "Itu akan diupayakan untuk bisa menangani agar penularan Covid-19 bisa terus dicegah, dan tentu dari sisi tingkat kesembuhan meningkat, serta penelitian untuk penemuan vaksin bisa dilakukan," katanya.
Pemerintah pun memperluas bantuan sosial kepada masyarakat yang terdampak corona. Menurutnya, ada 29 juta kelompok penerima manfaat yang menerima bantuan langsung dari pemerintah.
Pemerintah juga memberikan bansos terhadap 11 juta kelompok penerima manfaat di desa. "Juga tambahan untuk memberikan Kartu Prakerja bagi mereka yang hadapi PHK," katanya.