Potensi Banjir Dana Asing yang Tertahan di Pintu Pasar Keuangan RI

Agustiyanti
18 September 2020, 06:30
modal asing, banjir likuiditas, pandemi virus corona
123RF.com/Bakhtiar Zein
Ilustrasi. Aliran modal asing masih akan keluar dari pasar keuangan domestik hingga akhir tahun ini seiring ketidakpastian pandemi Covid-19.

Krisis pandemi Covid-19 membuat bank sentral dari berbagai penjuru dunia mempertahankan suku bunga rendah dan terus menggelontorkan likuiditas. Ini seharusnya menjadi angin segar bagi pasar keuangan Indonesia yang masih memiliki suku bunga cukup menarik. Namun, arus modal asing hingga kini masih negatif.

Bank Sentral Amerika Serikat memutuskan mempertahankan suku bunga acuannya saat ini yang mendekati 0% hingga inflasi melampaui target 2%. Namun dalam prediksinya, The Federal Reserve memperkirakan inflasi masih akan berada di bawah 2% hingga 2022.

Advertisement

"Suku bunga akan tetap akomodatif hingga ekonomi sudah jauh lebih pulih," ujar Gubernur The Fed Jerome Powell dikutip dari Reuters, Kamis (17/9).

The Fed juga akan terus membeli obligasi pemerintah dengan kecepatan seperti sebelumnya yakni mencapai US$ 120 miliar per bulan atau sekitar Rp 1.776 triliun jika menggunakan kurs Rp 14.800 per dolar AS. Tak hanya membeli obligasi pemerintah, The Fed juga siap membeli obligasi perusahaan di pasar primer maupun sekunder.

Total stimulus yang dialokasikan The Fed untuk pembelian obligasi di pasar primer mencapai US$ 500 miliar dan pasar sekunder mencapai US$ 750 miliar.

Bank Sentral Eropa juga memutuskan untuk tidak mengubah kebijakan moneter. Suku bunga acuan di 19 negara zona euro tetap 0% dengan suku bunga pinjaman sebesar 0,25% dan simpanan sebesar 0,5%.

Seperti hanya The Fed, ECB memiliki program pembelian obligasi dengan alokasi mencapai 1,35 triliun euro atau senilai US$ 1,6 triliun. Langkah ini dilakukan untuk menjaga likuiditas tetap terjaga di pasar serta memberikan biaya pinjaman rendah.

Gubernur ECB Christine Lagarede menilai stimulus moneter yang digelontorkan bank sentral sudah cukup. Ia pun menyebut pemulihan ekononomi Eropa saat ini harus didorong oleh stimulus fiskal.

Sementara itu, Bank Sentral Jepang justru memberikan sinyal untuk mendukung perekonomian lebih besar. Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda menyatakan akan memantau tidak hanya tren inflasi tetapi juga pertumbuhan lapangan kerja dalam membuat kebijakan.

"Mengingat situasi ekonomi yang suram, pelonggaran lebih lanjut mungkin diperlukan, tetapi BoJ sudah menghabiskan banyak instrumen kebijakan," ujar Kuroda dikutip dari Reuters.

BOJ dalam rapat hari ini memutuskan untuk mematok bunga acuan negatif 0,1%. Bank sentral sebelumnya berjanji membeli sebanyak mungkin obligasi yang diperlukan untuk menjaga bunga pinjaman tetap nol.

Kebijakan bank-bank sentral global tersebut membuat likuiditas di pasar keuangan global berlimpah. Meski demikian, Bank Indonesia mencatat aliran modal asing di pasar keuangan domestik sejak awal tahun hingga pekan kedua September masih tercatat jual bersih Rp 153,29 triliun.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan aliran modal asing pada kuartal ketiga hingga Agustus sempat mencatatkan inflow alias beli bersih mencapai US$ 0,13 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1,89 triliun. Namun akibat tekanan di pasar keuangan karena faktor domestik dan global, aliran modal asing sejak awal Juli hingga pekan kedua September berbalik mencatatkan jual bersih atau outflow US$ 0,75 miliar.

"Rupiah relatif terkendali di tengah tingginya tekanan pada Agustus-September 2020. Hingga 16 September 2020, rupiah terdepresiasi 1,58% dibandingkan dengan akhir Juli 2020," ujar Perry dalam konferensi pers, Kamis (17/9).

Bank Indonesia pun memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4% demi menjaga stabilitas kurs. Keputusan ini diambil mesti daya beli masyarakat melemah terlihat dari indeks harga konsumen yang mencatatkan penurunan atau deflasi pada Juli dan Agustus.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement