Opsi Terbatas Menutup Defisit APBN yang Berpotensi Membengkak

Agatha Olivia Victoria
24 September 2020, 16:34
defisit anggaran, defisit APBN, pandemi corona, virus corona, APBN
123RF.com/Sembodo Tioss Halala
Ilustrasi. Penerimaan pajak diperkirakan kembali mengalami kekurangan atau shortfall di akhir tahun sehingga mendorong defisit anggaran membengkak.

Pemerintah tengah was-was defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun ini melampaui target yang telah ditetapkan sebesar 6,34% terhadap Produk Domestik Bruto. Opsi untuk membiayai defisit tersebut terbatas, salah satunya memperbesar skema pembiayaan berbagi beban (burden sharing) dengan Bank Indonesia.

Penerimaan pajak terpukul lebih berat oleh pandemi Covid-19 dibandingkan perkiraaan awal. Berdasarkan data APBN Kita, penerimaan pajak hingga Agustus 2020 baru mencapai Rp 676,9 triliun atau 56,47% dari target APBN sesuai Perpres Nomor 72 Tahun 2020.

Advertisement

Namun, realisasi total penerimaan negara lebih baik yakni mencapai 1.034 triliun atau 60,83% dari target.

Target penerimaan pajak tahun ini sebenarnya sudah dikoreksi hingga dua kali lantaran pemerintah sadar pandemi Covid-19 berdampak berat pada perekonomian. Target penerimaan pajak yang dipangkas mencapai Rp 443,8 triliun dari target awal dalam UU APBN 2020.

Akibat penerimaan pajak yang masih lesu, defisit Anggaran hingga Agustus 2020 sudah mencapai Rp 500,5 triliun atau setara 3,05% terhadap PDB. Padahal di sisi belanja, realisasinya baru mencapai 56,03% dari pagu anggaran atau sebesar Rp 1.534,7 triliun. 

Pengamat Pajak dari DDTC Bawono menjelaskan realisasi penerimaan hingga Agustus yang masih rendah menyiratkan potensi shortfall atau kekurangan penerimaan di akhir tahun ini. Apalagi sumber kontribusi utama penerimaan pajak di Indonesia yang mencakup PPh Badan dan PPN masih negatif.

"Risiko penerimaan tahun ini akan sangat bergantung dari dinamika pemulihan ekonomi hingga tiga bulan mendatang," ujar Bawono kepada Katadata.co.id, Kamis (24/9).

Seiring penerimaan pajak yang lesu, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman menyebut ada potensi defisit APBN 2020 melebar dari target Perpres 72 tahun 2020 yakni 6,34%. "Kami akan monitor lagi angka defisitnya hingga akhir tahun," ujar Luky dalam kesempatan yang sama.

Dia tak menampik pelebaran defisit akan menimbulkan beban dan biaya bunga utang. Namun, beban tersebut tak akan terlalu berat karena pemerintah dan Bank Indonesia telah sepakat untuk berbagi beban.

Total pembelian SBN oleh BI per 18 September 2020 dalam kesepakatan pertama berjumlah Rp 48,02 triliun yang terdiri dari SBSN Rp 21,47 triliun dan SUN Rp 26,55 triliun. Sedangkan realisasi pembelian SUN oleh bank sentral untuk pembiayaan barang publik tercatat Rp 99,08 triliun.

Meski demikian, biaya bunga utang yang dibayar pemerintah hingga Agustus 2020 mencapai Rp 196,5 triliun, naik 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewanti-wanti jajarannya untuk menjaga kondisi defisit APBN. Kenaikan defisit anggaran hingga Agustus sangat besar jika dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp 197,9 triliun atau 1,25% dari PDB.

"Meski yield Surat Berharga Negara mengalami penurunan, tetapi tetap harus berhati-hati," ujar Sri Mulyani.

Rata-rata imbal hasil surat utang pemerintah tenor 10 tahun pada Kamis (24/9) berada di kisara 7,03%. Imbal hasil ini sudah jauh lebih rendah dibandingkan posisi rata-rata pada Maret dan April yang mencapai 7,9%.

RAKER PEMBAHASAN ASUMSI DASAR RAPBN 2021
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut beban APBN saat ini semakin berat. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Perlu Bagi Beban Lebih Banyak dengan BI

Kepala Ekonom BCA David Sumual menjelaskan, pemerintah dalam kondisi saat ini tak mungkin memangkas belanja untuk menahan pelebaran defisit anggaran. Belanja negara saat ini menjadi satu-satunya instrumen untuk mengungkit perekonomian. "Masih ada waktu tiga bulan untuk mendorong ekonomi lewat belanja," ujar David kepada Katadata.co.id, Kamis (24/9)

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement