Minim Efek Pemulihan Ekonomi Tiongkok ke RI Tanpa Pengendalian Pandemi

Agustiyanti
1 Oktober 2020, 06:30
ekonomi tiongkok, ekonomi china pulih, pandemi covid 19
Ho Yeow Hui/123rf
Ilustrasi. Ekonomi Tiongkok diproyeksi tumbuh 2% pada tahun ini.

Saat banyak negara masih tertatih-tatih mengendalikan Pandemi Covid-19, termasuk Indonesia, Tiongkok sudah kembali ke aktivitas hampir normal. Perekonomian Negara Tembok Raksasa ini diperkirakan tumbuh 2% pada tahun ini.

Dalam laporan Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik edisi Oktober, proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok direvisi naik dari proyeksi sebelumnya. Ekonomi Tiongkok dapat tumbuh tahun ini sebesar 2%, lebih tinggi dari prediksi pada Juni yang hanya 1%.

Advertisement

Sinyal pemulihan ekonomi yang makin kuat antara lain terlihat pada data industri manufaktur Tiongkok yang baru dirilis Rabu (29/9). Dikutip dari CNBC, Purchasing Manager's Index industri manufaktur pada September berada pada level 51,5% lebih tinggi dibandingkan Agustus di posisi 51. PMI di atas 50 menjukkan ekspansi, sedangkan di bawah level tersebut menunjukkan kontraksi.

Ekonomi Tiongkok lebih dulu terpukul karena virus pertama kali muncul dan menyebar di negara tersebut pada akhir tahun lalu. Banyak pabrik ditutup sering langkah karantina skala besar yang dilakukan untuk menahan pandemi virus corona memukul sektor manufaktur. Namun, perekonomian Tiongkok menunjukkan pemulihan sejak kuartal II seperti tergambar dalam databoks di bawah ini, saat negara lain mengalami kondisi ekonomi terburuk.

Pemulihan ekonomi kedua terbesar dunia ini seiring keberhasilan pengendalian penyebaran pandemi Covid-19. Berdasarkan data worldometers.info, Tiongkok pada Selasa (30/9) hanya memiliki 191 kasus aktif. Sebanyak 80.578 orang telah sembuh dan 4.634 meninggal dunia.

Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar Indonesia, baik dari sisi ekspor maupun impor. Berdasarkan data BPS, ekspor nonmigas Indonesia ke Tiongkok sepanjang Januari-Agustus 2020 mencapai US$ 17,81 miliar atau mengambil porsi 18,9%. Sedangkan impor nonmigas Indonesia dari Tiongkok mencapai US$ 24,71 miliar atau mengambil porsi 29,9%.

Negara yang dipimpin XI Jinping ini juga menjadi penanam modal terbesar kedua di Indonesia setelah Singapura. Berdasarkan data BKPM, Tiongkok sepanjang semester pertama tahun ini berinvestasi pada 1.311 proyek dengan nilai investasi mencapai US$ 2,4 miliar atau mengambil porsi 17,9% dari total penanaman modal asing.

Ekonom Core Yusuf Manilet menjelaskan membaiknya ekonomi Tiongkok meningkatkan peluang perbaikan ekspor produk Indonesia. Salah satu komoditas unggulan yang diekspor ke Tiongkok adalah batu bara.

"Peningkatan permintaan dari Tiongkok dapat mendorong kenaikan harga batu bara. Jika kenaikan volume dan harga ini konsisten, maka pelaku usaha bisa meningkatkan kapasitas produksi," ujar Yusuf kepada Katadata.co.id.

Efek turunannya adalah pada penerimaan negara melalui penerimaan negara bukan pajak dan bea keluar. Di sisi lain, Tiongkok juga merupakan pemain utama ekonomi global sehingga pemulihan ekonomi tersebut akan mempengaruhi negara lainnya.

"Ini secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia ke negara lain selain Tiongkok," katanya.

Pengendalian Pandemi Kunci Utama

Ekonom INDEF Eko Listyanto mengatakan pemulihan ekonomi Tiongkok tak hanya akan mendorong permintaan batu bara, tetapi juga komoditas produk primer lainnya seperti minyak nabati atau CPO. Namun untuk memulihkan ekonomi, Indonesia tak hanya dapat bergantung pada kabar baik dari Tiongkok.

"Rumusnya sama sebenarnya, pandemi harus terkendali seperti di Tiongkok saat ini," kata Eko.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement