Bahaya Deflasi Tiga Bulan Beruntun saat Resesi Ekonomi

Agustiyanti
1 Oktober 2020, 18:11
pandemi corona, deflasi tiga bulan berturut-turut, pandemi Covid-19, inflasi, resesi ekonomi
123RF.com/alphaspirit
Ilustrasi. BPS mencatat deflasi kembali terjadi pada September sebesar 0,05% akibat daya beli masyarakat yang lemah.

Indonesia mengalami deflasi selama tiga bulan berturut-turut pada Juli hingga September atau sepanjang kuartal III 2020. Deflasi beruntun ini terjadi akibat daya beli yang lemah di tengah resesi ekonomi saat ini.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan pandemi Covid-19 berdampak pada suplai dan permintaan barang/jasa. Namun beruntung, suplai barang saat ini memadai. Hanya saja, daya beli masih sangat lemah. Kondisi ini menyebabkan deflasi terus terjadi. 

Advertisement

"Deflasi yang kembali terjadi pada September di satu sisi karena pasokan memadai. Namun di sisi lain, ini menunjukkan daya beli kita yang masih sangat lemah," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers, Rabu (1/10).

Indonesia terakhir kali mengalami deflasi berturut-turut selama tiga bulan pada 1999. Saat itu, terjadi deflasi beruntun selama tujuh bulan sejak Maret hingga September usai lonjakan harga akibat krisis moneter 1998.

Adapun daya beli yang melemah terutama terlihat dari tren inflasi inti yang menurun sejak Maret 2020. Mengutip penjelasan pada laman Bank Indonesia, inflasi inti adalah komponen pergerakan harga yang dipengaruhi oleh faktor fundamental ekonomi.

"Inflasi inti tahunan pada September sebesar 1,86% merupakan yang terendah sejak BPS dan BI pertama kali menghitung komponen inflasi inti pada 2004," katanya.

Berdasarkan data BPS, komponen inti masih memberikan andil inflasi pada September sebesar 0,08%. Sementara komponen harga yang diatur pemerintah dan harga yang bergejolak memberikan andil deflasi masing-masing sebesar 0,03% dan 0,1%.

Sementara berdasarkan komponen pengeluaran, deflasi terutama disumbang oleh penurunan harga makanan dan minuman seperti daging ayam ras, telur ayam, bawang merah, dan beberapa jenis sayuran. Namun, masih ada sejumlah komoditas pada kelompok tersebut yang mengalami kenaikan harga seperti minyak goreng dan bawang putih.

"Lebih banyak komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga kelompok makanan dan minuman mencatatkan deflasi," katanya.

Harga transportasi juga mengalami deflasi sebesar 0,33% dengan andil sebesar 0,04%. Penurunan harga terutama terjadi pada tarif angkutan udara di 40 kota yang disurvei.

Deflasi Cermin dari Resesi

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan deflasi mencerminkan aktivitas ekonomi yang melemah. Di satu sisi, deflasi meringankan beban masyarakat yang mengalami penurunan pendapatan. Namun, di sisi lain, deflasi mencerminkan daya beli yang masih lemah.

"Kondisi deflasi saat ini belum terlalu mengkhawatirkan. Ini cerminan dari resesi yang sedang terjadi saat ini," ujar David.

Meski resesi ekonomi diprediksi lebih dalam dari perkiraan awal, menurut David, kondisi ekonomi domestik masih jauh dari depresi. Ekonomi suatu negara baru dapat dikatakan mengalami depresi jika terjadi resesi berkepanjangan lebih dari satu tahun.

"Kita dalam sejarah belum pernah mengalami, salah satunya karena negara berkembang. Depresi ekonomi banyak terjadi pada negara maju, misalnya Jepang," katanya. 

Namun demikian, jika permintaan lemah, maka konsumsi rumah tangga akan sulit tumbuh. Padahal, konsumsi rumah tangga memberikan sumbangan paling besar pada perekonomian. 

Pelemahan daya beli saat ini terutama disebabkan oleh sikap golongan menengah atas yang memilih untuk menahan belanja akibat ketidakpastian pandemi Covid-19. Dengan demikian, langkah terpenting untuk memulihkan daya beli ekonomi adalah memastikan penanganan kesehatan.

Presiden Joko Widodo sebelumnya mengingatkan kedisiplinan menjadi cara paling ampuh untuk mencegah penyebaran Covid-19 sebelum vaksin tersedia. Masyarakat harus disiplin menerapkan gerakan 3M, yakni menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

Pasien positif Covid-19 bertambah 4.284 orang per 30 September 2020. Total Kasus mencapai 287.008 dengan 214.947 pasien dinyatakan sembuh dan 10.740 orang meninggal dunia.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement