Penerimaan Pajak Makin Anjlok, Defisit APBN per September Rp 682 T

Agustiyanti
19 Oktober 2020, 12:54
Seorang petugas PT Bank Negara Indonesia (BNI 46) menunjukkan uang rupiah pecahan baru Rp 100.000 di Cash Centre Bank BNI 46, Jakarta.
Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi. Kementerian Keuangan mencatat defisit anggaran hingga September 2020 mencapai 4,16% terhadap PDB.

Pemerintah mencatat defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara hingga September 2020 mencapai Rp 682,1 triliun atau 4,16% terhadap produk domestik bruto. Pendapatan negara mencapai 1.159 triliun atau anjlok 13,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sedangkan belanja negara naik 15,2% mencapai Rp 1.541 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, pendapatan negara mengalami tekanan hingga September karena memang seluruh bisnis dan pembayar pajak mengalami tekanan. Namun, pemerintah berhasil mengakselerasikan belanja yang diharapkan mendorong ekonomi kembali ke siklus positif.

Advertisement

"Defisit APBN keseluruhan mencapai 682,21 triliun atau 4,16% terhadap PDB. Tren ini masih sesuai dengan Perpres Nomor 72 Tahun 2020," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (19/10).

Sri Mulyani menjabarkan penerimaan dalam negeri turun 14,9% menjadi Rp 1.159 triliun. Jika dirinci, penerimaan pajak turun 16,9% menjadi Rp 750,6 triliun, bea dan cukai naik 3,8% menjadi Rp 141,8 triliun, sedangkan penerimaan negara bukan pajak turun 13,8% menjadi Rp 260,9 triliun.

Kontraksi penerimaan pajak hingga September lebih dalam dibandingkan Agustus yang mencapai 15,6%. "Penerimaan PPh migas mengalami kontraksi yang sangat dalam mencapai 45,3% atau baru terkumpul Rp 23,6 triliun," katanya.

Sedangkan pajak nonmigas turun 15,4% menjadi Rp 727 triliun. Berdasarkan jenisnya, PPh nonmigas turun 16,9% menjadi Rp418,2 triliun, PPN turun 13,9% menjadi Rp 290,3 triliun, PBB turun 9,6% menjadii Rp 14 triliun, dan pajak lainnya turun 6,4% menjadi Rp 4,5 triliun.

Satu-satunya komponen penerimaan dalam perpajakan yang masih tumbuh positif adalah cukai yang naik 7,2% menjadi Rp 115,3 triliun. Sementara pendapatan pajak perdagangan internasional turun 9% menjadi Rp 79,1 triliun.

Di sisi belanja, menurut Sri Mulyani, kenaikan terutama terjadi pada belanja pemerintah pusat yang tumbuh 21,2% mencapai Rp 1.211,4 triliun. "Transfer ke daerah dan dana desa juga pencairannya meningkat 5,8% menjadi Rp 629,7 triliun sehingga diharapkan dapat membantu pemerintah daerah memulihkan ekonomi," katanya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement