Plus Minus Bank Menumpuk Dana di Surat Utang Negara

Agustiyanti
22 Oktober 2020, 06:30
surat utang negara, kepemilikann asing, kepemilikan bank
Nattapong Boonchuenchom/123rf
Ilustrasi. Kepemilikan perbankan di surat utang negara hingga 20 Oktober 2020 mencapai Rp 1.354,57 triliun, naik 132,8% dari posisi akhir tahun lalu.

Kepemilikan perbankan di surat utang negara sepanjang tahun ini melesat bahkan hingga dua kali lipat dibandingkan tahun lalu dan melampaui porsi kepemilikan asing. Pandemi Covid-19 membuat likuiditas perbankan melonggar karena penyaluran kredit yang lesu dan simpanan masyarakat yang justru meningkat.

Berdasarkan data Direktorat Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko Kementerian Keuangan, kepemilikan perbankan pada surat utang negara hingga 20 Oktober 2020 mencapai Rp 1.354,57 triliun, naik 132,8% dari posisi akhir tahun lalu Rp 581,37 triliun. Porsi kepemilikan pun melesar dari 21,12% menjadi 38,16%.

Advertisement

Sementara itu, porsi kepemilikan asing anjlok dari 38,57% menjadi 26,17%. Surat utang negara yang digenggam juga turun dari Rp 1.061,88 triliun menjadi Rp 949,82 triliun.

Kepemilikan lembaga nonbank pada surat utang negara juga menurun dari 69,34% pada akhir 2019 menjadi 55,47%. Namun secara nominal masih meningkat dari Rp 1.908,88 triliun menjadi Rp 1967,96 triliun.

Hal yang sama juga terjadi pada surat utang yang digenggam BI secara neto. Porsinya turun dari 9,54% menjadi 6,37%, sedangkan dalam nominal turun dari Rp 262,49 triliun menjadi Rp 226,01 triliun.

Kepemilikan BI pada surat utang negara secara gross sebenarnya melesat dari Rp 272,31 triliun mejadi Rp 696,08 triliun. Namun, surat utang yang digunakan BI untuk operasi moneter turut melesat dari akhir 2019 sebesar Rp 10,72 triliun menjadi Rp 470,07 triliun.

Hingga kini, total surat berharga negara yang beredar mencapai Rp 3.547,55 triliun, naik 28,87% dibandingkan akhir tahun lalu. Pemerintah sepanjang tahun ini hingga 20 Oktober telah menerbitkan surat utang, termasuk sukuk secara gross mencapai Rp 1.219,12 triliun. 

Total utang pemerintah terus meningga sepanjang tahun ini, seperti terlihat dalam databoks. Hingga Agustus 2020, total utang pemerintah telah mencapai Rp 5.600 triliun atau naik hampir 20% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sisi Positif dan Negatif

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Roby Rushandie menjelaskan posisi kepemilikan perbankan sudah menyalip asing sejak kuartal dua tahun ini. Likuiditas yang longgar mendorong permintaan yang tinggi dari perbankan terhadap instrumen suray utang.

"Porsi kepemilikan bank di SUN sekarang sudah lebih besar dari asing karena likuiditas yang longgar. Di sisi lain, asing juga banyak melepas walaupun sekarang sudah mulai kembali masuk," ujar Roby kepada Katadata.co.id, Rabu (21/10).

Roby menjelaskan, permintaan terhadap SUN yang tinggi dari perbankan menjadi salah satu pendorong turunnya yield SBN. Berdasarkan data IBPA, rata-rata yield SBN tenor 10 tahun per 21 Oktober tercatat 6,86%, turun dibandingkan akhir tahun lalu yang masih berada di kisaran 7%.

Selain itu, menurut dia, kepemilikan perbankan yang lebih besar dari asing membantu menahan kenaikan yield jika terjadi gejolak di pasar keuangan.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement