Daya Beli Masih Lesu Meski Tren Deflasi Berakhir

Agustiyanti
2 November 2020, 17:43
inflasi, deflasi, pandemi covid-19, inflasi oktober, daya beli lesu, bpsa
123RF.com/Sembodo Tioss Halala
Ilustrasi. BPS menyebut tren inflasi inti yang masih menurun menunjukkan daya beli masyarakat belum pulih.

Indeks Harga Konsumen akhirnya mengalami inflasi pada Oktober sebesar 0,07% setelah deflasi selama tiga bulan berturut-turut pada Juli-September. Namun, inflasi yang terjadi tak berarti daya beli telah pulih.

Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menjelaskan, inflasi pada bulan lalu belum menunjukkan pemulihan daya beli. Hal ini lantaran inflasi inti masih menghadapi tren penurunan. 

Berdasarkan data BPS, inflasi inti pada Oktober secara bulanan atau month on month tercatat sebesar 0,04%, turun dibandingkan September 0,13% dan Agustus 0,29%. Secara tahunan atau year on year, inflasi inti tercatat 1,74%, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu 3,2%. Sementara inflasi inti tahun kalender atau year to date  tercatat sebesar 1,5%. 

"Biasanya inflasi inti digunakan sebagai indikator daya beli. Inflasi inti memang mengalami penurunan yang secara umum  menunjukkan bahwa daya beli  belum pulih," ujar Suhariyanto dalam Konferensi Pers Pengumuman Inflasi melalui streaming video, Senin (2/10).

Inflasi inti adalah kenaikan harga pada komponen barang/jasa yang cenderung menetap atau persisten di dalam pergerakannya. Inflasi ini dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, lalu lingkungan eksternal seperti nilai tukar, harga komoditi internasional, dan inflasi mitra dagang. Selain itu ada pengaruh dari ekspektasi pedagang dan konsumen.

Suhariyanto menjelaskan, dampak Pandemi Covid-19 memberikan pukulan paling besar pada daya beli kelompok masyarakat pendapat 40% terbawah. Banyak masyarakat yang dirumahkan dan kehilangan upah pada kelompok tersebut.

"Di lapisan bawah menunjukkan penurunan, tetapi menengah atas itu lebih menahan. Data lebih jelas nanti akan kami paparkan saat merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal tiga," ujarnya.

Suhariyanto menyebut, inflasi tahunan secara keseluruhan pada Oktober juga masih rendah yakni mencapai 1,44%, sedangkan inflasi  tahun kalender  atau Januari-Oktober baru mencapai 0,95%.

Inflasi pada bulan lalu juga lebih banyak disumbangkan oleh kenaikan harga pangan. Berdasarkan data BPS, bahan makanan mengalami inflasi sebesar 0,38% dan memberikan andil sebesar 0,07%.

Kenaikan harga pangan, antara lain terjadi pada komoditas cabai merah yang memberikan andil inflasi 0,09%, bawang merah 0,02%, dan minyak goreng 0,09%. Namun, ada beberapa komoditas bahan pangan yang mengalami penurunan harga dan mmberikan andil deflasi, seperti daging ayam ras sebesar 0,02% dan beberapa jenis buah sebesar 0,01%.

"Harga cabai merah naik di 82 kota karena cuaca tidak terlalu berpihak. Jadi curah hujan tinggi berdampak pada produksi. Hal yang sama juga terjadi pada bawang merah," katanya.

Meski harga pangan saat ini masih terkendali, Suhariyanto mengingatkan kembali ancaman La Nina yang dapat menganggu harga pangan di akhir tahun. Fenomena La Nina akan menyebabkan curah hujan tinggi dan berpotensi menimbulkan banjir sehingga dapat menganggu produksi pangan.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...