Resesi Sudah Pasti di Kuartal 3, Hampir Semua Komponen Ekonomi Negatif
Badan Pusat Statistik akan mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 pada esok hari, Rabu (4/11). Perekonomian RI diramal masih akan mengalami kontraksi hingga 2,9%.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu mengatakan berdasarkan estimasinya, hampir seluruh komponenn produk domestik bruto pada kuartal III 2020 masih akan negatif. "Kecuali konsumsi pemerintah yang akan terlihat tumbuh signifikan," ujar Febrio dalam Simposium Nasional Keuangan Negara Tahun 2020, Rabu (4/11).
Berdasarkan paparannya, pengeluaran pemerintah diperkirakan bertumbuh 9,8% hingga 18,8%. Sementara konsumsi rumah tangga dan lembaga nonprofit rumah tangga tumbuh negatif 3% sampai 1,5%.
Kemudian, investasi diramal terkontraksi 8,5% hingga 6,4%, ekspor minus 13,9% sampai 8,7%, dan impor negatif 26,8% hingga 16%. Secara keseluruhan tahun, ekonomi Indonesia akan tumbuh minus 1,7% sampai 0,6%.
Febrio menyebut peran belanja pemerintah memang sangat sentral dalam kondisi pandemi saat ini. "Hal tersebut menjadikan APBN sebagai instrumen countercyclical yang dapat memperbaiki perekonomian," katanya.
Ekonom Permata Bank Josua Pardede memperkirakan perekonomian RI kuartal III 2020 akan terkontraksi pada kisaran 3,13%. Konsumsi rumah tangga yang memilikii kontribusi terbesar pada PDB masih akan terkontraksi meski tak sedalam kuartal II 2020. Ini terutama dipengaruhi oleh kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar transisi di berbagai daerah di Indonesia yang mendorong peningkatan pada pergerakan masyarakat.
"Meskipun situasinya belum kembali ke level normal," ujar Josua kepada Katadata.co.id, Rabu (4/11).
Beberapa data yang mengindikasikan konsumsi rumah tangga menunjukkan perbaikan yang terbatas sepanjang kuartal III tahun 2020 yaitu laju pertumbuhan penjualan ritel, indeks kepercayaan konsumen, pertumbuhan penjualan mobil dan motor, dan impor barang konsumsi.
Menurut Josua, mobilitas masyarakat merupakan komponen yang bisa mengindikasikan pemulihan aktivitas. Mobilitas terlihat agak membaik sejak Juli sampai September 2020. Namun demikian, kelompok kelas menengah ke atas dinilai ia masih juga menahan belanja. "Karena mereka tidak bisa jalan-jalan karena PSBB ini," kata dia.