Ekonomi Jakarta Resesi, Tingkat Penganggurannya Tertinggi di Indonesia

Agustiyanti
5 November 2020, 15:33
Kendaraan melaju di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (11/6/2020). Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Reza Yamora Siregar memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal II 2020 akan anjlok hingga minus 3 - 4 persen dampak Pe
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Kendaraan melaju di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (11/6/2020). Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Reza Yamora Siregar memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal II 2020 akan anjlok hingga minus 3 - 4 persen dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan di berbagai daerah sejak beberapa bulan terakhir.

Badan Pusat Statistik mencatat perekonomian DKI Jakarta memasuki resesi seiring produk domestik bruto pada kuartal III 2020 yang kembali terkontraksi sebesar 3,82% secara tahunan. Tingkat pengangguran terbuka ibu kota per Agustus naik menjadi 10,95%, tertinggi di Indonesia.

Advertisement

Berdasarkan data yang dirilis BPS Provinsi DKI Jakarta, kontraksi perekonomian pada kuartal III 2020 lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 8,23%. Namun, tekanan perekonomian akibat pandemi Covid-19 selama dua kuartal ini berimplikasi pada daya beli masyarakat.

"Permintaan domestik seperti konsumsi rumah tangga dan investasi masih rendah dan belum menunjukkan perbaikan," tulis BPS Jakarta dalam berita resmi statistik yang dirilis, Kamis (5/11).

Kontraksi ekonomi pada kuartal III 2020 dibandingkan periode yang sama terjadi pada hampir seluruh komponen pengeluaran kecuali konsumsi pemerintah yang tumbuh melesat 57,89%. Sementara konsumsi rumah tangga yang menjadi kontributor utama PDRB negatif 5,28%.

Investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto negatif 8,92, konsumsi LNPRT terkontraksi 8,92%, serta ekspor dan impor negatif masing-masing 20,75% dan 15,62%.

Sementara dibandingkan kuartal II 2020, hanya komponen ekspor dan impor yang masih mengalami kontraksi masing-masing mencapao 8,48% dan 8,97%. Sementara Konsumsi pemerintah tumbuh 26,63%, konsumsi LNPRT 0,24%, dan investasi atau PMTB 9,36%.

Berdasarkan lapangan usahanya, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh paling kencang mencapai 32,69% secara tahunan atau 23,52% dibandingkan kuartal sebelumnya. Disusul oleh sektor informasi dan komuniasi yang tumbuh 11,15% secara tahunan atau 11,52% secara kuartalan.

Adapun sektor penyedia akomodasi dan makan minum atau restoran terkontraksi paling dalam mencapai 16,38% secara tahunan atau 18,52% secara kuartalan. Sektor industri pengolahan mencatatkan kontraksi 12,03% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tetapi meningkat 11,2% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Demikian pula dengan sektor konstruksi yang masih negatif 6,37% dibanding kuartal III 2019, tetapi tumbuh 11,23% dibandingkan kuartal lalu.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement