Ancaman Ketimpangan Melebar akibat Turunnya Daya Beli Masyarakat Bawah

Agustiyanti
12 November 2020, 19:25
ketimpangan melebar, ketimpangan, dampak pandemi Covid-19, kemiskinan meningkat
123RF.com/alphaspirit
Ilustrasi. Daya beli masyarakat menengah bawah merosot lebih dalam dibandingkan kelompok menengah atas.

Daya beli masyarakat menengah bawah merosot lebih dalam akibat pandemi Covid-19 dibandingkan kelompok menengah atas. Kondisi ini berpotensi memperlebar jurang ketimpangan yang dalam beberapa tahun terakhir sudah mulai menyempit.

Survei yang dirilis BI pada Rabu (11/11) menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen pada Oktober menurun dari 83,4 pada September menjadi 79. Keyakinan konsumen makin tenggelam dalam zona pensimistis. IKK di bawah 100 menunjukkan keyakinan konsumen berada pada level pesimistis, sedangkan 100 ke atas menunjukkan kondisi optimistis.

Advertisement

Penurunan IKK terjadi pada kelompok responden dengan pengeluaran di bawa Rp 5 juta, sedangkan pada responden dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta mengalami peningkatan keyakinan terhadap kondisi ekonomi. Kelompok pendapatan di bawah Rp 5 juta atau menengah bawah, lebih pesimistis terhadap kondisi penghasilan saat ini dibandingkan enam bulan lalu.

Keyakinan konsumen kelompok pendapatan di bawah Rp 4 juta juga menurun pada ekspektasi kegiatan usaha ke depan. Namun, keyakinan pada kondisi yang sama meningkat pada kelompok masyarakat pendapatan Rp 4 juta ke atas.

Di sisi lain, porsi pendapatan masyarakat untuk konsumsi meningkat, sedangkan untuk tabungan dan cicilan menurun. Kondisi ini tertama terjadi pada kelompok masyarakat berpendapatan di bawah Rp 4 juta. 

Bank Indonesia dalam Kajian Stabilitas Keuangan Semester I 2020 yang baru dirilis pekan ini melihat kemampuan bayar masyarakat menengah ke bawah menurun. Tertahannya kinerja korporasi berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan penghasilan sektor rumah tangga, terutama kelompok menengah bawah. Penghasilan rumah tangga yang terkontraksi mengakibatkan tekanan konsumsi pada rumah tangga. 

Direktur Riset Center of Reform on Economics Indonesia Piter Abdullah menilai daya beli menengah bawah secara umum turun. Banyak pekerja dari kelompok tersebut yang mengalami penurunna hingga kehilangan penghasilan karena pengurangan jam kerja, dirumahkan, hingga terkena pemutusan hubungan kerja. Penurunan penghasilan juga dialami banyak masyarakat menengah bawah yang bergerak di sektor informal. 

"Pedagang yang masih bertahan itu rata-rata yang menjual bahan pokok dan makanan, sedangkan banyak juga yang bedagang pakaian dan barang lain. Hari-hari ini siapa yang membeli pakaian, tidak banyak," ujar Piter kepada Katadata.co.id, Kamis (12/11). 

Piter menilai beragam bantuan sosial yang diguyur oleh pemerintah tak cukup untuk menahan penurunan daya beli. Besaran bansos yang diberikan tak dapat menggantikan pendapatan masyarakat yang turun atau bahkan hilang. "Kalau terkena PHK dan biasanya digaji Rp 3 juta atau Rp 4 juta per bulan, tentu bansos Rp 600 ribu per bulan tidak cukup," katanya. 

Penurunan daya beli masyarakat bawah ini, menurut Piter, berpotensi memperlebar jurang ketimpangan pendapatan. Hal ini dampak pandemi Covid-19 terhadap pendapatan masyarakat menengah atas tak sedalam kelompok menengah bawah. 

"Pendapatan menengah atas ini mungkin sama-sama saja walaupun DPK meningkat karena kelompok ini menahan konsumsi. Tapi karena banyak masyarakat bawah yang pendapatannya terpukul, ketimpangan mungkin melebar, "katanya. 

Meski demikian, Piter memperkirakan angka gini ratio yang menjelaskan ketimpangan pendapatan tak akan meningkat signifikan pada tahun ini. 

ANGKA KEMISKINAN INDONESIA TERDAMPAK COVID-19
Angka kemiskinan diproyeksi meningkat akibat Pandemi Covid-19. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.)

Peringatan IMF

Ancaman ketimpangan yang melebar akibat pandemi Covid-19 telah diperingatkan oleh IMF dalam laporan Regional Economic Outlook Asia and Pacific Navigating the Pandemic: A Multispeed Recovery in Asia yang terbit akhir bulan lalu. 

Menurut IMF, pandemi Covid-19 berpotensi meningkatkan ketimpangan pendapatan di negara-negara kawasan Asia Pasifik yang dapat berimplikasi pada pertumbuhan lebih rendah dalam jangka menengah.  "Bahkan dapat memicu ketegangan sosial di negara-negara yang sudah memiliki ketimpangan yang tinggi," ujar IMF dalam laporan tersebut. 

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement