Gelagat Pengusaha Menahan Ekspansi dari Data Anjloknya Impor Oktober

Agustiyanti
16 November 2020, 20:19
neraca perdagangan, ekspor-impor, ekspor, impor, barang modal
123RF.com/Cheangchai Noojuntuk
Ilustrasi. Impor pada Oktober anjlok 6,79% dibandingkan bulan sebelumnya.

Neraca perdagangan kembali mencetak surplus besar pada Oktober 2020 mencapai US$ 3,61 miliar, terutama akibat impor yang anjlok  6,79% dibandingkan bulan sebelumnya . Impor pada bulan lalu yang turun menjadi US$ 10,7 miliar, antara lain disebabkan oleh anjloknya impor barang modal sebesar 13,3%. 

Kepala Ekonom BCA David Sumual menjelaskan, kinerja impor menjadi salah satu indikator utama perekonomian Indonesia. Penurunan impor, khususnya pada barang modal kemunginan menunjukkan bahwa pengusaha memilih untuk menahan ekspansi karena masih khawatir dengan kondisi ekonomi.

Advertisement

"Impor turun hampir 7%, itu cukup signifikan," ujar David kepada Katadata.co.id, Senin (16/7). 

Meski akan memasuki momen Natal dan Tahun Baru, menurut dia, pengusaha belajar dari kondisi yang terjadi pada saat momentum Ramadan dan Lebaran. Saat itu, banyak pengusaha yang kelebihan stok barang akibat penjualan yang jauh dari harapan. Hal ini membuat pengusaha memilih untuk menahan diri untuk berekspansi. Apalagi. DKI Jakarta sempat kembali memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara ketat pada bulan lalu.

"Jakarta ini pusat distribusi, selain Medan dan Surabaya. Ada PSBB otomatis menganggu, sehingga pengusaha menahan diri. Maka impor bahan baku juga menurun," katanya. 

Berdasarkan data BPS, penurunan impor  berdasarkan penggunaannya paling besar terjadi pada barang modal dari US$ 2,13 miliar pada September menjadi US$ 1,85 miliar pada Oktober. Dibandingkan periode yang sama, impor barang modal anjlok 20,29%.

Penurunan juga terjadi pada  impor bahan baku penolong yang turun 5% secara bulanan atau 27,4% secara tahunan menjadi US$ 1,85 miliar. Demikian pula pada impor barang konsumsi sebesar 7,58% secara bulanan atau 27,88% secara tahunan menjadi US$ 1,03 miliar. Porsi bahan baku penolong dari total impor mencapai 73,25%, sedangkan barang modal 17,5% dan barang konsumsi 9,6%. 

Berdasarkan golongan barang hs dua digit, penurunan impor terjadi pada kelompok barang mesin dan perlengkapan elektrik sebesar 11,9% menjadi US$ 1,49 miliar, plastik dan barang plastik 6,28% menjadi US$ 532,3 juta, ampas atau sisa industri 36,85% menjadi US$ 148,8 juta, gula dan kembang gula 24,12% menjadi US$ 152,7 juta, serta kapal, perahu, dan struktur terapung 49,9% menjadi US$ 74,7 juta.

Kinerja impor secara keseluruhan sebenarnya  sempat membaik pada September dengan kenaikan sebesar 7,7% dibandingkan bulan sebelumnya meski masih anjlok dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 18,18%. Sementara pada Oktober, kinerja impor secara tahunan turun kian dalam mencapai 38,54%. Adapun total impor sepanjang Januari-Oktober 2020 mencapai US$ 114,46 miliar, turun 19,07% 

David memperkirakan kinerja impor akan membaik pada November dan Desember seiring dengan momentum Natal dan Tahun Baru hingga Imlek. "Masih ada waktu. Di November kemungkinan, pengusaha akan meningkatkan produksinya untuk momentum natal dan tahun baru. Sedangkan di Desember untuk persiapan imlek," ujarnya.

Meski demikian, menurut dia, neraca perdagangan masih akan mencatatkan surplus dan berpotensi menembus US$ 20 miliar hingga akhir 2020.  Neraca perdagangan sepanjang Januari-Oktober 2020 telah mencatatkan surplus mencapai US$ 17,07 miliar. 

Direktur Riset Core Indonesia Pitter Abdullah juga menilai penurunan impor pada barang modal dan bahan baku menunjukkan kondisi manufatur yang masih tertahan. "Tapi itu kondisi untuk Oktober. November dan Desember saya kira akan lebih baik," kata Piter kepada Katadata.co.id, Senin (16/11).

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement