Rupiah Menguat dan Inflasi Rendah, BI Pangkas Bunga Acuan Jadi 3,75%

Agatha Olivia Victoria
19 November 2020, 14:33
bunga acuan, bank indonesia, inflasi, suku bunga
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebut suku bunga fasilitas simpanan alias deposito facility diturunkan menjadi 3%, sedangkan bunga pinjaman atau lending facility diturunkan menjadi 4,5%.

Bank Indonesia akhirnya memangkas suku bunga acuan sebesar 0,25% menjadi 3,75%. Penurunan suku bunga dilakukan seiring inflasi yang rendah, kondisi rupiah yang mulai stabil dan perekonomian yang membutuhkan dukungan kebijakan. 

"Dengan berbagai asesmen global dan domestik seperti inflasi dan stabilitas rupiah, rapat dewan gubernur BI pada 18-19 November  memutuskan untuk menurunkan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 0,25% menjadi  3,75%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi video, Kamis (12/10).

Advertisement

Perry menjelaskan, suku bunga fasilitas simpanan alias deposito facility diturunkan menjadi 3%, sedangkan bunga pinjaman atau lending facility diturunkan menjadi 4,5%. Keputusan ini mempertimbangkan inflasi yang tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga, dan pemulihan ekonomi nasional. 

Inflasi pada Oktober hanya mencapai 0,07% secara bulanan dan 1,4% secara tahunan. Inflasi secara tahun kalender atau sepanjang Januari-Oktober 2020 baru mencapai 0,95%. Perry pun memproyeksi inflasi sepanjang tahun ini akan berada di bawah 2% atau batas bawah proyeksi BI. 

Di sisi lain, BI melihat nilai tukar rupiah saat ini masih berada di bawah nilai fundamentalnya dan masih berpotensi menguat. Apalagi, tekanan pada pasar keuangan global juga mulai mereda. "BI memperkirakan rupiah berpotensi meningkat seiring nilai fundamental yang undervalue karena defisit transaksi berjalan dan inflasi yang rendah," kaya Perry.

Rupiah hingga saat ini masih melemah secara year to date atau dibandingkan akhir tahun lalu sebesar 1,33%. Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah hingga pukul 14.15 WIB berada di posisi Rp 14.160 per dolar AS. 

Menurut Perry, pertumbuhan ekonomi dunia pada kuartal III mulai membaik didukung oleh berbagai stimulus dan kembali meningkatnya mobilitas masyarakat. Ekonomi Tiongkok tumbuh positif, sedangkan perbaikan ekonomi Jepang, AS, dan Eropa lebih baik dari prediksi.

Sejumlah indikator dini pada Oktober mengindikasikan perbaikan ekonomi global seiring meningkatnya mobilitas masyarakat, angka PMI manufaktur, dan sektor jasa di AS dan Tiongkok. Perbaikan ekonomi global yang membaik mendorong perdagangan dunia dan harga komoditas.

"Ketidakpastian keuangan global juga mereda seiring dengan perkembangan hasil Pilpres AS yang mendorong aliran modal asing masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia," katanya. 

Pada Oktober hingga 16 November, aliran modal asing masuk ke pasar keuangan Indonesia mencapai US$ 3,6 miliar. Kondisi ini mendorong rupiah menguat 3,94% secara poin to poin pada 18 November 2020 dibandingkan Oktober. 

"BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar," katanya. 

Halaman:
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement