Pengetatan PSBB, Obat Pahit Berlanjutnya Resesi Ekonomi di Awal 2021

Agustiyanti
7 Januari 2021, 18:19
pengetatan PSBB Jawa-Bali, resesi ekonomi, pandemi corona, ekonomi kuartal I
123RF.com/Artit Aungpraphapornchai
Ilustrasi. Pemerintah masih optimistis ekonomi tumbuh 5% pada tahun ini meski ada pengetatan PSBB Jawa Bali.
  • Pengetatan PSBB Jawa -Bali akan memperpanjang resesi ekonomi hingga kuartal I 2020
  • Kondisi ekonomi  berpotensi lebih buruk tanpa pengetatan PSBB
  • Pemerintah masih optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 5% 

Tia, 35 tahun, pasrah dengan kebijakan pemerintah untuk kembali memperketat Pembatasan Sosial Berskala Besar di wilayah Jawa dan Bali. Omzet warung kopi miliknya sudah turun drastis sejak pemerintah membatasi kunjungan di restoran maksimal 50%.

"Apalagi kalau dibatasi cuma 25%, paling hanya bisa mengandalkan online, akan semakin sulit menutup biaya operasional," ujarnya kepada Katadata.co.id, Kamis (7/1).

Restoran hanya satu dari sejumlah bisnis yang akan kembali diperketat mulai 11 Januari. Jam operasional pusat perbelanjaan akan dipersingkat hanya hingga pukul 19.00 WIB dan penerapan bekerja dari rumah atau Work Form Home menjadi 75%. Namun, ada 11 sektor esensial yang tetap bisa berjalan 100% sesuai kapasitas dan protokol kesehatan yang ketat, yakni pangan, energi, ICT, keuangan, logistik, perhotelan, konstruksi, industri, pelayanan dasar, utilitas, dan objek vital nasional.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pengetatan PSBB pasti akan berdampak pada konsumsi dan ekonomi secara keseluruhan. Namun, pemerintah tidak punya banyak pilihan.

"Ketika terjadi pengetatan pada April dan Mei, ekonomi kita turun. Kemudian saat September diberlakukan pengetatan di DKI juga konsumsi melambat lagi sehingga pengetatan PSBB ini pasti akan berdampak," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Pelaksanaan APBN 2020, Rabu (6/1)> 

Menurut Sri Mulyani, pemerintah sadar pandemi Covid-19 membutuhkan pengelolaan yang luar biasa sehingga gas dan rem menjadi sangat penting. Masyarakat harus disiplin menerapkan protokol kesehatan agar jumlah kasus Covid-19 dapat kembali ditekan.

"Jika pembatasan tidak dilakukan, perekonomian akan lebih buruk. Masyarakat tentu harus membantu dengan disiplin terhadap protokol kesehatan sehingga dampak ke ekonomi tidak terlalu dalam," katanya.

Pasien positif Covid-19 bertambah 9.321 orang per 7 Januari 2021. Total Kasus mencapai 797.723 dengan 659.437 pasien dinyatakan sembuh dan 23.520 orang meninggal dunia.

Sri Mulyani belum dapat membeberkan dampak dari pembatasan ini terhadap kondisi perekonomian pada kuartal pertama tahun ini. Ekonomi pada kuartal IV masih akan minus 0,9% hingga 2,9%, sedangkan ekonomi sepanjang 2020 diproyeksi minus 0,7% hingga minus 2,2%. Sri Mulyani sebelumnya berharap ekonomi mulai positif pada kuartal keempat dan dapat kembali normal pada tahun ini.

"Dari sisi konsekuensi pengetatan PSBB ke pertumbuhan, nanti akan kami lihat perkembangan yang akan terjadi mulai tanggal 11 hingga dua minggu ke depan," katanya.

Meski ada pengetatan pembatasan, Menteri Koordinator Arilangga Hartarto masih optimistis pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini akan mencapai target sebesar 5%.

"Kami cukup optimis. Proyeksi akhir tahun kisaran 5%," kata Airlangga dalam acara Update PPKM di Berbagai Daerah Jawa dan Bali secara virtual, Kamis (7/1).

Optimisme tersebut, menurut dia, didukung oleh sejumlah indikator. Indeks Harga Saham Gabungan telah memasuki zona 6.000. Pada perdagangan hari ini, IHSG bahkan ditutup melesat 1,4% ke level 6.153.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...