Neraca Dagang Surplus US$ 21,7 Miliar Tahun Lalu, Terbesar Sejak 2011

Agatha Olivia Victoria
15 Januari 2021, 09:53
neraca perdagangan, ekspor. impor, surplus neraca dagang
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi. BPS mencatat ekspor pada Desember 2020 yang mencapai US$ 16,54 miliar merupakan yang tertinggi sejak Desember 2013.

Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan pada sepanjang tahun lalu surplus mencapai US$ 21,74 miliar, jauh lebih baik dibandingkan 2019 yang defisit US$ 3,2 miliar. Surplus ini juga merupakan yang terbesar sejak 2011, terutama ditopang oleh anjloknya kinerja impor.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, ekspor pada sepanjang tahun lalu mencapai US$ 163,31 miliar, turun 2,61% dibandingkan 2019 sebesar US$ 167,8 miliar. Sementara impor anjlok 17,34% menjadi US% 141,57 miliar.  "Selama tahun 2020, neraca perdagangan kita surplus US$ 21,74 miliar. Surplus ini terbesar sejak 2011," ujar Suhariyanto dalam Konferensi Pers Pengumuman Ekspor Impor Desember, Jumat (15/1). 

Advertisement

Suhariyanto menjelaskan, kinerja ekspor pada tahun lalu lebih baik dari ekspektasi seiring pandemi Covid-19 yang memukul perekonomian. Ekspor pertanian mencatatkan kenaikan tertinggi 13,98% menjadi US$ 4,12 miliar, disusul oleh industri pengolahan yang naik 295% menjadi US$ 131,13 miliar. 

Sementara ekspor migas anjlok 29,52% menjadi US$ 8,31 miliar dan ekspor tambang dan lainnya turun 20,7% menjadi US$ 19,75 miliar.

Meski kinerja  sepanjang tahun lalu turun, menurut Suhariyanto, capaian ekspor pada Desember cukup menggembirakan yakni naik 8,39% secara bulanan dan 14,5% secara tahunan. Ekspor bulan lalu sebesar US$ 16,54 miliar juga merupakan yang tertinggi sejak Desember 2013.

"Banyak komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Desember dibandingkan bulan sebelumnya. Harga minyak mentah naik 17,48%, minyak kelapa sawit naik 6,62%, batu bara naik 28,93%," katanya. 

Sementara impor pada sepanjang tahun lalu, menurut Suhariyanto, terjadi pada seluruh golongan barang. Impor bahan baku/penolong anjlok 18,32% menjadi US$ 103,21 miliar, barang modal jatuh 16,73% menjadi US$ 23,7 miliar, dan barang konsumsi turun 10,93% menjadi US$ 14,66 miliar. 

"Pandemi Covid-19 mengganggu suplai dan demand, jadi dapat dipahami jika impor menurun. Ini juga terlihat dari capaian pertumbuhan ekonomi," katanya. 

Halaman:
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement