Posisi Indonesia di Tengah Peluang Besar Ekonomi Tiongkok Menyalip AS

Agustiyanti
19 Januari 2021, 17:07
ekonomi Tiongkok, ekonomi Amerika Serikat, ekonomi terbesar dunia
123RF.com/Dilok Klaisataporn
Ilustrasi. Ekonomi Tiongkok pada 2020 tumbuh 2,3%, satu-satunya ekonomi utama dunia yang positif di tengah pandemi Covid-19.
  • Tiongkok menjadi satu-satunya negara ekonomi utama yang tumbuh pada tahun lalu. 
  • Ekonomi Tiongkok berpotensi menyalip Amerika Serikat pada 2028.
  • Indonesia memiliki hubungan dagang dan investasi yang erat dengan Tiongkok dan AS.

Saat ekonomi banyak negara anjlok pada kuartal II 2020 akibat merebaknya Covid-19, Tiongkok justru mulai berangsur pulih. Negara Tembok Raksasa ini menjadi satu-satunya ekonomi utama dunia yang berhasil tumbuh pada tahun lalu dan berpotensi segera menyalip Amerika Serikat sebagai negara dengan ekonomi terbesar. 

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang mencapai 2,3%  pada sepanjang tahun lalu, sebenarnya merupakan yang terendah sejak revolusi budaya pada 1976. Namun, pertumbuhan ini berada di atas ekspektasi banyak pihak dan jauh lebih baik dari kontraksi ekonomi yang dialami hampir semua negara.

Advertisement

Nomura Holdings semula memperkirakan ekonomi Tiongkok akan melampaui AS pada 2030. Namun, kinerja kinclong ekonomi Negara Tembok Raksasa ini pada tahun lalu membuat lembaga ini memperbarui proyeksi yakni menjadi pada 2028. Tiongkok bahkan dapat menyalip AS lebih cepat yakni pada 2026 jika renminbi terus menguat.

"Pandemi memberikan pukulan yang jauh lebih besar bagi ekonomi AS daripada Tiongkok. Dalam pandangan kami, ada kemungkinan besar 2026 menjadi tonggak sejara di mana Tiongkok muncul sebagai ekonomi terbesar dunia," demikian tertulis dalam laporan Nomura dikutip dari Fortune, Selasa (19/1).

Kemampuan Tiongkok untuk menumbuhkan ekonomi tak lepas dari keberhasilan negara ini mengendalikan penyebaran virus. Sejak awal penyebaran, pemerintah Tiongkok mengambil langkah ekstrim dengan mengisolasi kota Wuhan. Jumlah kasus Covid-19 pun dapat dikendalikan sejak April 2020 saat lonjakan kasus justru terjadi di banyak negara, salah satunya Amerika Serikat.

Amerika Serikat saat ini menjadi negara dengan jumlah kasus dan kematian tertinggi akibat Covid-19. Berdasarkan data worldometers.info hingga Selasa (19/1), jumlah kasus mencapai 24,6 juta dan kematian mencapai 2,05 juta orang.

Dikutip dari Business Insider, The Fed memproyeksi ekonomi AS pada tahun ini akan terkontraksi 2,4%. Namun, berpotensi tumbuh 4,2% pada tahun ini.

Banyak pihak bahkan optimistis ekonomi AS mampu tumbuh lebih baik pada tahun ini meski kasus Covid-19 belum terkendali. Ekonomi AS terutama akan didorong paket stimulus Presiden Terpilih Joe Biden. Mantan Wapres AS di era Obama yang siap dilantik Rabu (20/1) ini berencana menggelontorkan stimulus mencapai US$ 1,9 triliun.

Goldman Sachs memproyeksi ekonomi AS tahun ini lebih baik di tangan Biden. Dalam catatan yang diberikan kepada klien mereka, bank investasi global ini memproyeksi ekonomi AS akan tumbuh 6,6%, lebih baik dari proyeksi sebelumnya 6,4%. Tingkat pengangguran juga diramal menurun dari 4,8% menjadi 4,5% pada akhir 2021.

Sementara itu, Bank Dunia memproyeksi ekonomi AS tumbuh 3,5%, sedangkan IMF meramal naik 3,9%.

Meski demikian, ekonomi Tiongkok pada tahun depan diproyeksi tumbuh lebih cepat. Bank Dunia memprediksi ekonomi Tiongkok naik 7,9%, sedangkan IMF memproyeksi tumbuh 8,2%. 

Kepala Biro Statistik Tiongkok Ning Jizhe mengatakan bahwa akan ada banyak kondisi yang menguntungkan untuk mempertahankan pemulihan ekonomi Tiongkok pada 2021. Ia merujuk kondisi pasar yang besar dan rantai pasokan yang tangguh. Tahun ini juga menandai dimulainya rencana lima tahun ke-14 Tiongkok, yang menurut pembuat kebijakan, penting untuk mengarahkan ekonomi keluar dari jebakan negara kelas menengah.

Tingkok masih menghadapi banyak tantangan, tidak terkecuali ketegangan antara Beijing dan Washington di bawah pemerintahan baru AS yang akan dipimpin oleh Presiden terpilih Joe Biden. Selain itu, kenaikan biaya tenaga kerja, populasi yang menua, dan lonjakan kredit macet baru-baru ini menambah risiko ekonomi terbesar kedua dunia ini.

Jumlah kasus Covid-19 yang kembali meningkat pada awal tahun ini juga telah membuat pemerintah Tiongkok mengambil langkah karantina yang ketat di dua kota. Kekhawatiran kembali terjadinya lonjakan kasus membuat konsumsi rumah tangga yang menjadi pendorong utama pertumbuhan negara berpenduduk terbesar di dunia ini berada di bawah perkiraan para ekonom pada akhir tahun lalu.  Penjualan retail turun 3,9% secara tahunan pada tahun lalu, menandai kontraksi pertama sejak 1968.

Posisi Indonesia di Tengah Dua Kekuatan Ekonomi

Indonesia memiliki hubungan dagang dan investasi yang erat dengan dua negara ekonomi terbesar dunia. Tongkok saat ini menjadi negara tujuan ekspor dan impor terbesar Indonesia. Namun, surplus perdagangan terbesar dicatatkan Indonesia dengan Amerika Serikat. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor Indonesia ke Tiongkok pada tahun lalu naik 15,59% dari US$ 25,89 miliar menjadi US$ 29,93 miliar. Sementara impor dari negara tersebut turun dari US$ 44,6 miliar menjadi US$ 39,35 miliar. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement